REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim SAR gabungan hingga saat ini masih kesulitan menemukan kotak hitam (blackbox) AirAsia QZ8501 karena sejumlah kendala.
"Sistem sonar yang ada di lima kapal belum kunjung menangkap sinyal kotak hitam," kata Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo di Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan sistem sonar sejatinya mampu melacak kotak hitam yang diperkirakan tenggelam bersama AirAsia. Akan tetapi, luasnya lautan area pencarian mengakibatkan sampai hari ke-10 sejak hilangnya AirAsia, kotak hitam belum kunjung diketahui lokasinya.
Padahal, kata dia, sistem sonar memiliki daya jelajah 200 meter x 200 meter. Dengan kata lain, jangkauan sonar kapal tidak sebanding dengan luasnya lautan sehingga kotak hitam tidak dapat sesegera mungkin ditemukan.
Kendati demikian, dia mengatakan tim SAR gabungan akan memaksimalkan segala daya dan upayanya dalam membantu Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk menemukan kotak hitam.
Kotak hitam yang aslinya berwarna jingga itu sendiri memiliki pemancar sinyal (pinger) yang dapat dideteksi alat penangkap "ping". Sinyal itu mampu bertahan selama 30 hari sejak pesawat mengalami insiden.
Apabila lebih dari 30 hari tidak kunjung ditemukan maka kotak hitam semakin sulit dideteksi karena sinyal "ping" tidak dipancarkan lagi oleh "blackbox" lantaran keterbatasan daya baterai di dalamnya.
Sebelumnya, Bambang mengatakan kotak hitam pesawat rute Surabaya-Singapura itu tidak boleh disentuh oleh siapapun kecuali yang berwenang, yaitu tim KNKT.