Rabu 07 Jan 2015 10:40 WIB

Ini Delapan Alasan Mantan Ajudan Megawati Cocok Jadi Kapolri

Rep: C13/ Red: Erik Purnama Putra
Kepala Lembaga Pendidikan Polri (Kalemdikpol) Komjen Budi Gunawan keluar dari gedung KPK, Jumat (26/7).
Foto: Antara
Kepala Lembaga Pendidikan Polri (Kalemdikpol) Komjen Budi Gunawan keluar dari gedung KPK, Jumat (26/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Komjen Budi Gunawan semakin kuat untuk bisa menjadi kepala Polri baru di era pemerintahan Jokowi ini. Indonesia Police Watch (IPW) menegaskan terdapat delapan alasan yang menyebabkan Budi Gunawan harus menjadi kepala Polri.

Alasan pertama, karena percepatan penggantian Kapolri bukanlah hal baru. Kapolri Dai Bachtiar misalnya, diganti meski masa pensiunnya empat tahun lagi dan Kapolri Timur Pradopo diganti meski masa pensiunnya  tiga bulan lagi," ungkap Ketua Presidium IPW, Neta S Pane melalui siaran pers, Rabu (7/1). Sehingga, lanjutnya, percepatan penggantian Sutarman menjadi hal yang wajar.

Alasan kedua, menurut Neta, Budi merupakan Komjen senior dari Akpol 83. Sementara Akpol 81 sudah menjadi Kapolri dan Akpol 82 juga sudah menjadi Wakapolri. Sehingga, tambahnya, sangat

wajar Akpol 83 memimpin Polri.

Ketiga, selama ini Budi banyak membuat visi misi sejumlah Kapolri, termasuk konsep-konsep perubahan Polri. Untuk itu, menurut Neta sudah saatnya Budi menjalankan sendiri konsep-konsep yang

pernah dibuatnya.

Alasan keempat, Budi dikenal sebagai perwira tinggi (Pati) yang mudah bergaul, baik di internal maupun eksternal Polri. Bahkan, kata Neta, banyak Kapolri yang meminta bantuannya melobi legislatif maupun kalangan masyarakat lainnya.

Menurut Neta, mantan ajudan presiden RI-keempat Megawati Soekarnoputri juga merupakan tipe Pati yang mau menerima masukan, terutama untuk perbaikan institusi. Alasan selanjutnya, Budi dinilai sangat dekat dengan Megawati dan Presiden Jokowi. Sehingga dia bisa dipastikan lebih bisa memahami konsep Revolusi Mental untuk membenahi Polri.

Ketujuh, lima tahun sebagai Kalemdikpol tentunya Budi sangat paham soal arah perbaikan Polri. Neta mengatakan, selama ini banyak Kapolri terlihat bingung menentukan arah perbaikan Polri dan harus dimulai dari mana. Akibatnya, perubahan sikap, perilaku, dan kinerja Polri hanya retorika di bibir.

Neta mengungkapkan pula, Budi bukanlah tipe jenderal pengkhianat, baik untuk institusi maupun untuk masyarakat. "Terbukti, selama lima tahun dipendam di Kalemdikpol, Budi tetap berkarya untuk berusaha membenahi Polri lewat jalur pendidikan," ujarnya. Padahal, menurutnya, dia seharusnya sudah bergeser menjadi Wakapolri ataupun Irwasum.

Dengan kedelapan alasan ini, menurut Neta, tidak ada alasan bagi segelintir kalangan untuk menolak Budi Gunawan jadi Kapolri. Bahkan, kata Neta, seharusnya seluruh kalangan Polri solid untuk mendukungnya menjadi Kapolri pilihan Jokowi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement