REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisruh internal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dinilai lebih ringan dibanding Partai Golkar. Pengamat politik LIPI, Indria Samego menilai, dua kubu yang berselisih di PPP lebih mudah untuk didamaikan dibanding Golkar.
Menurutnya, PPP masih memiliki figur yang dijadikan panutan setiap kadernya, yaitu sosok kiai atau ulama. Ini yang membuat partai Islam lebih gampang untuk berdamai saat mengalami perselisihan. "PPP punya kiai dan ulama yang dipercaya kader-kadernya," kata Indria kepada Republika, Rabu (7/1).
Dengan begitu, lanjut dia, potensi islah bagi PPP lebih besar dibanding Golkar. Sebab, kiai dapat dipercaya menjadi mediator untuk islah.
Apalagi, kata-kata kiai masih sangat didengar oleh kader partai Islam. Kisruh di partai berlambang Ka'bah itu pun diperkirakan bakal selesai jika kiai sudah berkumpul dan menggelar lobi bagi kedua kubu yang bertikai.
Siapapun ketua umumnya, pasti akan patuh pada kata kiai. "Itulah keuntungan dari partai Islam, masih punya kiai," imbuh Samego.
Berbeda dengan Golkar, lebih sulit untuk didamaikan. Sebab, kultur Golkar lebih pada kekuasaan dan uang.
Saat ini, ungkapnya, sosok Aburizal Bakrie (Ical) memiliki sumber uang, meskipun tidak punya kekuasaan. Bisa jadi, saat ini Ical lebih di atas angin dibanding dengan kubu Agung Laksono.