REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pasar obligasi 2015 diprediksi menarik lebih banyak investor. Kebijakan subsidi bahan bakar minyak (BBM) dinilai berpengaruh positif terhadap peringkat utang pemerintah.
Dari tiga lembaga pemeringkat utang dunia, Moody, Fitch, dan Standard and Poor (S&P), hanya S&P yang belum memberikan peringkat Indonesia. Moody dan Fitch keduanya memberikan peringkat investment grade kepada Indonesia.
Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistyaningsih, mengatakan kenaikan rating akan berdampak positif. “Dengan kenaikan peringkat akan lebih banyak investor jangka panjang yang masuk ke Indonesia,” jelas Lana saat dihubungi Republika, Rabu (7/1).
Menurutnya, dengan kenaikan peringkat tersebut, risiko membeli surat utang Indonesia menjadi turun. Sehingga pemerintah bias menjual obligasi dengan lebih murah. Investor tidak perlu diberikan premium, sehingga biaya pemerintah untuk menerbitkan surat utang turun.
Lana mencontohkan keuntungannya, investment grade akan mengonfirmasi misalnya investor dari Jepang, dana pensiun Jepang tidak boleh beli surat utang yang belum berperingkat investment grade. Biasanya, yang membeli bukan investor yang keluar masuk cepat, melainkan disimpan dahulu.
“Itu tentu membuat pemerintah lebih stabil karena investor tidak keluar masuk,” imbuhnya.
Kenaikan peringkat utang membuat kupon turun, sehingga beban pemerintah membayar bunga turun. Sebelum meraih investment grade, lanjutnya, pemerintah membayar lebih mahal.