REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Dua orang polisi tewas dalam penyerangan ke kantor majalah "Charlie Hebdo" di Prancis. Seorang polisi diantaranya diketahui merupakan seorang Muslim bernama Ahmed Merabet.
Ahmed Merabet (42) tewas saat penyerangan terhadap majalah satiris "Charlie Hebdo" Rabu (7/1) kemarin. Pembunuhan terhadap Merabet sempat terekam dalam video.
Dalam video tersebut Merabet sedang terbaring di tepi jalan dan memohon agar ia tak diserang. Akan tetapi, pelaku penyerangan tersebut justru menembak Merabet dalam jarak dekat
Merabet meninggalkan seorang istri. Merabet merupakan seorang polisi patroli. Ia bertugas untuk berpatroli di wilayah kesebelas, yaitu lokasi di mana penyerangan terhadap "Charlie Hebdo" terjadi, seperti dikutip dari Daily Caller.
Polisi lainnya yang juga gugur dalam penyerangan tersebut belum diketahui identitasnya. Akan tetapi, polisi tersebut diketahui berusia 49 tahun.
Ia merupakan polisi yang datang ke lokasi karena memiliki tugas untuk melindungi pemred "Charlie Hebdo", Stéphane “Charb” Charbonnier. Baik polisi tersebut maupun Charb tewas dalam penyerangan "Charlie Hebdo".
Dalam Islam, membunuh merupakan hal yang dikecam, terlebih jika membunuh sesama Muslim. Akan tetapi, kelompok militan Islam menjustifikasi perbuatan mereka ini. Mereka menilai siapa pun yang hidup di Barat atau siapa pun yang tidak sejalan dengan mereka berarti telah mengkhianati "Islam yang sesungguhnya". Mereka menganggap Muslim di Barat adalah murtad.
Ada sekitar 5-10 persen populasi Muslim di Prancis. Salah satu akademisi dan pengamat Timur Tengah Juan Cole menyatakan Muslim di Prancis merupakan populasi Muslim paling sekuler di dunia. Akan tetapi serangan militan Islam di Prancis menambah catatan terkait serangan militan kembali.