REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kantor majalah satir, Charlie Hebdo, di Paris, Perancis, diserang pada Rabu (7/1), pukul 11.30 waktu setempat. Serangan itu menewaskan 12 orang dan melukai puluhan orang lainnya.
Charlie Hebdo dikenal sebagai salah satu media Perancis yang anti-Islam. Serangan teror itu bukan kali pertama dialami kantor Charlie Hebdo.
Pada pada November 2011, kantor Charlie Hebdo mendapat serangan dengan bom api. Penyebabnya tak lain terbitnya edisi khusus yang memuat kartun Nabi Muhammad SAW.
Dalam edisi khusus tersebut, Nabi Muhammad SAW digambarkan tengah mengancam para pembaca dengan mengatakan, "100 kali cambukan jika anda tidak mati tertawa".
Sepekan kemudian, majalah itu kembali menerbitkan gambar versi laki-laki Charlie Hebdo yang sedang mencium laki-laki Muslim berjenggot setelah pengeboman terjadi. Headline pada majalah tersebut tertulis, "Cinta lebih kuat dari pada kebencian".
Tak sampai setahun, Charlie Hebdo kembali menerbitkan kartun Nabi Muhammad SAW dengan jumlah yang lebih banyak dari sebelumnya, bahkan secara lantang mereka menggambarkan keadaan Nabi Muhammad SAW tanpa busana.
Teguran yang dilayangkan Pemerintah Perancis seakan dianggap angin lalu bagi Charlie Hebdo.
Sebelum penyerangan terjadi, akun Twitter Charlie Hebdo sempat berkicau dan mengunggah gambar kartun bertuliskan selamat tahun baru kepada pimpinan ISIS Abu Bakr Al-Baghdadi.