Jumat 09 Jan 2015 18:11 WIB

Ayat-Ayat Cinta 2, Hadir Lagi Lewat Cerbung (1)

Habiburrahman El Shirazy
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Habiburrahman El Shirazy

REPUBLIKA.CO.ID, Habiburrahman El-Shirazy, alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, yang akrab disapa Kang Abik, dikenal sebagai novelis nomor satu Indonesia versi INSANI Universitas Diponegoro Semarang. Gelar itu diberikan atas karya fenomenalnya, Ayat-Ayat Cinta (AAC).

Kini, Ayat-Ayat Cinta yang diterbitkan Republika Penerbit pada 2004 telah memasuki usia ke-10. Pada usianya yang ke-10 tahun, Kang Abik akan kembali merilis atau menerbitkan AAC Jilid 2 pada 2015.

Seperti AAC Jilid 1 yang sebelum diterbitkan menjadi buku telah dibuat cerita bersambung (cerbung) di harian Republika maka AAC Jilid 2 ini pun akan didahului dengan cerbung di Republika. Cerbung itu akan dimulai pada Senin (5/1).

Seperti apa kisahnya, bagaimana romantisme pada AAC 2 ini, apakah Fahri (tokoh utama dalam AAC Jilid 1) sukses membangun rumah tangganya bersama Aisha sepeninggal Maria? Apakah alur cerita AAC Jilid 2 masih mengambil setting di Timur Tengah? Simak penuturan Kang Abik seputar AAC 2 kepada wartawan Republika, Syahruddin El-Fikri, berikut ini. 

Ayat-Ayat Cinta (AAC) seri kedua akan kembali diterbitkan. Apa yang melatarbelakangi penulis AAC 2 ini?

Setelah AAC difilmkan dan sukses, alhamdulillah, banyak permintaan dari masyarakat agar saya membuat sekuelnya. Mereka masih ingin tahu bagaimana perjalanan Fahri setelah dibebaskan di penjara. Apakah melanjutkan kuliah di Al-Azhar didampingi Aisha atau pulang ke Indonesia. Mereka juga ingin apa sentuhan dakwah yang akan diberikan oleh Fahri selanjutnya. Desakan seperti terus berdatangan. Itulah yang melatarbelakangi saya menulis AAC Jilid 2.

Kang Abik kembali melanjutkan seri kedua ini setelah 10 tahun berlalu, bagaimana perjalanannya?

Alhamdulillah, AAC diterima dengan penuh cinta oleh masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat Asia Tenggara. Bahkan, ada yang menulis buku Saat Bioskop Jadi Majelis Taklim: Sihir Film Ayat-Ayat Cinta. Itu karena melihat fenomena majelis taklim yang berbondong-bondong menonton AAC.

Presiden pun sempat mengajak dubes negara sahabat untuk menonton filmnya. Novelnya juga mendapatkan penghargaan dari banyak institusi, baik dalam negeri maupun luar negeri.

Di antaranya, penghargaan Pena Award 2005, IBF Award 2006, Paramadina Award 2009, serta Anugerah Tokoh Persuratan dan Kesenian Islam Nusantara 2012 dari Ketua Menteri Besar Sabah Malaysia. Novel ini juga menginspirasi banyak penulis, bahkan ada yang judulnya sampai dimirip-miripkan, nama penulisnya juga.

Mengapa momentum ini justru saat AAC sudah memasuki satu dekade. Mengapa tidak lima tahun lalu atau tiga tahun lalu?

Satu dasawarsa boleh dibilang tidak terlalu dekat, juga tidak terlalu jauh. Dari AAC 1 sampai AAC 2, ibarat menu telah saya hadirkan berbagai hidangan untuk pembaca. Sudah saya hidangkan Ketika Cinta Bertasbih 1 & 2, Dalam Mihrab Cinta, Cinta Suci Zahrana, Bumi Cinta, dan Api Tauhid. Ini saat yang pas untuk menghidangkan Ayat-Ayat Cinta 2 dengan setting dan konflik yang berbeda. Tapi, kekhasan karakter Fahri tetap melekat.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement