REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN-- Pertumpahan darah di Prancis bisa jadi merupakan awal dari gelombang serangan teror lain ke benua Eropa, demikian dugaan dari badan intelijen Amerika Serikat yang berhasil menyadap komunikasi pemimpin kelompok ISIS.
Surat kabar asal Jerman, Bild, memberitakan hal tersebut. Menurut laporan Bild yang mengutip dari sumber anonim, tidak lama setelah penembakan di kantor majalah Charlie Hebdo, badan National Security Agency dari Amerika Serikat mengintersepsi komunikasi dari pemimpin tinggi ISIS yang pada intinya berisi pengumuman rencana serangan-serangan baru.
Peristiwa di Paris diduga hanya menjadi awal dari serangkaian serangan lain di sejumlah kota di Eropa, termasuk Roma, Italia. Namun sayangnya rincian rencana teror itu belum diketahui sampai sekarang.
Badan intelijen Amerika Serikat juga dikabarkan mempunyai informasi bahwa dua bersaudara Cherif dan Said Kouachi--yang merupakan pelaku utama pembunuhan massal di kantor majalah asal Prancis, Charlie Hebdo--mempunyai kontak dengan sejumlah orang di Belanda, tulis Bild.
Sebanyak 17 orang terbunuh dalam peristiwa penembakan brutal di majalah tersebut. Pihak kepolisian kemudian memburu para pelaku dan menewaskan dua bersaudara Kouachi dan Amedy Coulibaly.