REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Disiplin (Komdis) PSSI sudah menjatuhi hukuman kepada para pelaku sepak bola gajah laga PSIS Semarang kontra PSS Sleman. Namun suporter PSS tetap tidak puas dengan keputusan yang dibuat Komdis tersebut. Slemania menilai Komdis tidak transparan.
Slemania akan menyerahkan bukti-bukti terbaru terkait kasus sepak bola gajah yang melibatkan PSS Sleman kepada Tim Sembilan. Selain itu Slemania juga akan melanjutkan insiden memalukan itu ke ranah hukum. Namun pendukung fanatik PSS ini harus menunggu langkah Tim Sembilan,
"Jika ada penilaian dari Tim Sembilan, bahwa kasus ini mengarah ke tindak pidana, maka akan segera melaporkannya ke pihak berwajib. Ini menandakan kami tidak main-main dalam memberantasi mafia sepak bola," tegas Ketua Umum Slemania, Lilik Yulianto, saat dihubungi Republika Online, Ahad (11/1).
Slemania menganggap kejahatan dalam sepak bola sangat serius dampaknya. Untuk membuat jera para mafia, hukuman badan seperti penjara dinilai efektif.
Lilik menilai, PSSI terkesan melindungi para mafia sepak bolaIni dibuktikan dengan tidak adanya tindak lanjut dari PSSI untuk mengusut tuntas kasus ini.
"Jujur kami lebih percaya kepada mereka (Tim Sembilan) dibanding Komdis PSSI untuk mengusut sepak bola gajah. Saya harap mereka berani untuk memberantas mafia sepak bola walaupun harus berhadapan dengan PSSI," jelas Lilik.
Apalagi dalam Kongres tahunan PSSI pekan lalu, tidak dibahas sama sekali masalah sepak bola gajah. Manajer PSS Sleman, Supardjiono yang menghadiri Kongres PSSI membuat hati Slemania makin terluka. Sebab bukti yang berhasil ditemukan oleh tim ivestigasi Slemania menunjukkan dugaan Supardjiono merupakan aktor intelektual di balik kasus itu.