REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Pemerintah Cina menangkap lebih dari 110 orang, yang diduga menjual daging dari babi yang telah mati karena sakit, dan menyita lebih dari 1.000 ton daging babi terkontaminasi dalam operasi terbaru penindakan keras terhadap pelanggaran keamanan pangan.
Kementerian Keamanan Publik Cina, Ahad (11/1), mengatakan bahwa orang-orang tersebut merupakan bagian dari sebuah jaringan yang terdiri dari 11 kelompok, yang sejak 2008 telah membeli babi-babi yang mati karena sakit di peternakan dengan harga murah.
Daging terkontaminasi itu dijual di pasar-pasar di 11 provinsi, termasuk Hunan dan Guangci, atau diolah menjadi daging asap atau minyak untuk memasak sebelum dijual.
Para tersangka juga menyuap petugas pengawas keamanan pangan untuk memperoleh sertifikat keamanan pangan, menurut kementerian itu.
Sekitar 75 orang telah dijatuhi hukuman. Sejumlah petugas pengawas pangan juga telah diperiksa oleh penuntut umum, kata kementerian itu. Aparat hukum telah menyelidiki kasus itu sejak akhir 2013.
Keamanan pangan masih menjadi masalah utama di Cina setelah serangkaian skandal tingkat tinggi mulai dari susu bubuk beracun hingga daging keledai. Skandal-skandal tersebut juga menyeret perusahaan asing seperti Wal-Mart Stores Inc dan McDonalds.
Pada 2013, lebih dari 10 ribu bangkai babi ditemukan mengambang di Sungai Huangpu Shanghai setelah pemerintah setempat menangkap organisasi kriminal yang telah menjual daging bangkai ke pasar gelap.
Lembaga pemantau keamanan makanan Cina pada Rabu malam mengatakan kondisi keamanan pangan dan obat menyedihkan dan meminta pengawasan yang lebih.