REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA-- Identifikasi jenazah korban jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501 telah memasuki hari ke-15. Tim Disaster Victim Identification (DVI) semakin sulit mengidentifikasi jenazah korban.
Kabiddokkes Polda Kombes Pol Budiyono mengatakan beberapa hari terakhir tim DVI hanya mengidentifikasi dua jenazah. Hal itu disebabkan kondisi jenazah tidak begitu baik. "Semakin hari, kondisi jenazah tidak sebaik yang kita harapkan," ujar Budi dalam konfernsi pers di Mapolda Jawa Timur, Senin, (12/1).
Budi menjelaskan bahwa proses identifikasi suatu jasad sangat tergantung pada dua faktor. Pertama, seberapa lengkap data antemortem dari keluarga sedarah. Kedua, seberapa bagus kondisi data postmortem jenazah korban.
Budi mengatakan sampai hari ini data ante mortem terus dilengkapi. Tim DVI terus mewawancara keluarga korban, menganalisis rekaman CCTV di bandara Juanda dan mengumpulkan barang-barang yang mungkin ada DNA korban.
"Jika data antemortem lengkap dan data postmortem bagus, identifikasi namun bila salah satunya kurang, terutama data postmortem-nya, sulit sekali diidentifikasi," ujarnya.
Budi mengatakan, kondisi yang terjadi saat ini adalah yang terburuk dari sebelumnya. Data postmortem jenazah yang ada sudah tidak baik lagi. Kondisi itu, kata dia, bukan tidak mungkin teridentifikasi. "Sesuai dengan perintah Kapolri seluruh korban yang ada di Manifes harus diidentifikasi," kata Budi.
Budi menambahkan, waktu yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi korban memang akan jauh lebih lama jika kondisi jenazah tidak baik. Budi menyakinkan tim DVI terus bekerja keras dalam mengidentifikasi jenazah.
Hingga hari ini DVI sendiri telah mengidentifikasi 36 dari 48 jasad yang berada di RS Bhayangkara Surabaya. Identifikasi jenazah itu berdasarkan pencocokan antemortem dengan postmortem. Adapun total jumlah penumpang dan awak pesawat ialah 162 orang.
"Masih ada 16 jenazah yang terus kami identifikasi," kata Budi.