REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Kanselir Jerman Angela Merkel, Senin (12/1), mengatakan Islam "milik Jerman", yang memberikan pesan jelas penolakan bagi para pengunjuk rasa anti-muslim yang berkumpul di Dresden dan sejumlah kota lain.
Sehari setelah peringatan Charlie Hebdo di Paris, kanselir itu bertemu Perdana Menteri Turki dan mendorong dialog antar agama. Sebenarnya ucapan Merkel itu merujuk pernyataan mantan presiden Jerman Chriatian Wulff, yang mengatakan pada 2010 bahwa Islam adalah bagian dari Jerman, yang memicu perdebatan sengit.
"Mantan presiden Wulff mengatakan bahwa Islam milik rakyat Jerman. Itu benar. Saya juga berpendapat sama," kata Merkel dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu. Dia menyampaikan itu beberapa jam sebelum aksi protes yang dilakukan oleh kelompok yang menyebut dirinya sebagai PEGIDA atau Patriot Eropa Melawan Islamisasi Barat yang dijadwalkan dimulai di sejumlah kota di Jerman.
Merkel menyebut aksi PEGIDA diorganisir oleh orang-orang yang "memiliki kebencian dalam hati mereka". Atas dasar itu pemerintahannya akan melakukan semua yang bisa dilakukan untuk memastikan bahwa imigran dapat berintegrasi dengan sukses di tengah-tengah masyarakat Jerman apapun agamanya.
Namun dia mengakui keperluan untuk dilakukannya dialog yang lebih baik antaragama, seraya memuji kaum Muslim yang secara terbuka menolak penggunaan kekerasan setelah pembunuhan Paris dan menyebut Turki sekutu untuk memerangi teroris. Dia dan Davutoglu mengumumkan bahwa pemerintahan mereka akan melakukan konsultasi rutin Turki-Jerman, seperti sekutu dekat negara itu yaitu Israel dan Prancis.
Merkel dan politisi Jerman yang lain dijadwalkan untuk turut serta dalam renungan di Gerbang Brandenburg di Berlin pada Selasa. Organisasi Muslim menggelar aksi itu untuk mengenang korban penembakan di majalah satir Charlie Hebdo dan toko yahudi di Paris.
Davutoglu mengatakan bahwa penting untuk memerangi segala bentuk Islamifobia di Jerman. Hampir dua pertiga dari empat juta warga Muslim di Jerman merupakan keturunan Turki. Sekitar separuhnya warga negara Jerman.