Selasa 13 Jan 2015 22:52 WIB

Bangun Infrastruktur, Impor Baja Diprediksi Tetap Tinggi

Rep: C87/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Industri Baja (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Industri Baja (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Impor baja diperkirakan akan tetap tinggi sampai Indonesia menemukan mineral yang bisa diolah menjadi besi dan baja. Selama ini, PT Krakatau Steel dinilai memproduksi baja impor untuk dijadikan barang jadi.

Ketua Asosiasi Pengecoran Logam, Achmad Safiun, mengatakan impor baja akan tetap tinggi karena kebutuhan baja untuk pembangunan infrstruktur. Terlebih, pemerintahan Presiden Joko Widodo menargetkan pembangunan bendungan, jalan tol, jembatan dan infrastruktur lain.

“Sampai sekarang kita belum bisa bikin besi baja dari mineral, selama ini Krakatau Steel impor besi baja yang tebal kemudian digiling tipis-tipis jadi plat,” kata Safiun saat dihubungi Republika, Selasa (13/1).

Ia menyatakan hingga kini masih sulit menemukan penambangan yang memiliki kandungan besi tinggi. Penambangan bijih besi di Kalimantan kandungan besinya masih rendah sehingga belum bisa diolah langsung.

Sedangkan mineral yang ditemukan di Indonesia yang cukup besar adalah nikel yang diproduksi menjadi stainless steel. Produk tersebut dinilai lebih bagus karena tidak bisa berkarat.

“Bagaimana mau turun (impor baja) kalau kita belum bisa bikin, mineral itu mesti dikerjain sampai dapat. Kalau enggak ketemu masih impor,” ujarnya,

Achmad menjelaskan ada tiga macam industri baja, yakni rolling mill atau gulung jadi plat, excursion dan pengecoran. Menurutnya, yang berhubungan langsung dengan impor baja yakni industri rolling mill dan excursion.

Sebelumnya, Kepala BKPM Franky Sibarani, mengatakan menurut data OECD tahun 2013, dari total kebutuhan baja 12,69 juta ton pada 2013, sebanyak 8,19 juta ton di antaranya berasal dari impor. Nilai impor baja tersebut mencapai 14,9 miliar dolar AS.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement