REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Impor baja diperkirakan akan tetap tinggi sampai Indonesia menemukan mineral yang bisa diolah menjadi besi dan baja. Selama ini, PT Krakatau Steel dinilai memproduksi baja impor untuk dijadikan barang jadi.
Ketua Asosiasi Pengecoran Logam, Achmad Safiun, mengatakan impor baja akan tetap tinggi karena kebutuhan baja untuk pembangunan infrstruktur. Terlebih, pemerintahan Presiden Joko Widodo menargetkan pembangunan bendungan, jalan tol, jembatan dan infrastruktur lain.
“Sampai sekarang kita belum bisa bikin besi baja dari mineral, selama ini Krakatau Steel impor besi baja yang tebal kemudian digiling tipis-tipis jadi plat,” kata Safiun saat dihubungi Republika, Selasa (13/1).
Ia menyatakan hingga kini masih sulit menemukan penambangan yang memiliki kandungan besi tinggi. Penambangan bijih besi di Kalimantan kandungan besinya masih rendah sehingga belum bisa diolah langsung.
Sedangkan mineral yang ditemukan di Indonesia yang cukup besar adalah nikel yang diproduksi menjadi stainless steel. Produk tersebut dinilai lebih bagus karena tidak bisa berkarat.
“Bagaimana mau turun (impor baja) kalau kita belum bisa bikin, mineral itu mesti dikerjain sampai dapat. Kalau enggak ketemu masih impor,” ujarnya,
Achmad menjelaskan ada tiga macam industri baja, yakni rolling mill atau gulung jadi plat, excursion dan pengecoran. Menurutnya, yang berhubungan langsung dengan impor baja yakni industri rolling mill dan excursion.
Sebelumnya, Kepala BKPM Franky Sibarani, mengatakan menurut data OECD tahun 2013, dari total kebutuhan baja 12,69 juta ton pada 2013, sebanyak 8,19 juta ton di antaranya berasal dari impor. Nilai impor baja tersebut mencapai 14,9 miliar dolar AS.