REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintahan Barack Obama akan meningkatkan tekanan terhadap Korea Utara (Korut) dengan menjatuhkan sanksi tambahan.
Sanksi baru tersebut terkait kasus peretasan terhadap Sony Pictures. Akibat sanksi baru tersebut, Korut akan terputus dari jaringan sistem keuangan internasional yang masih tersisa.
AS bermaksud meningkatkan dampak dengan menargetkan sumber elit mata uang Korut dan menghentikan kemampuan Korut memulangkan uang tunai melalui sistem keuangan internasional, terutama melalui Cina.
Asisten Sekretaris untuk Keuangan Teroris Departemen Keuangan AS Daniel Glaser mengatakan sanksi sebelumnya telah membuat ratusan bank di luar negeri, termasuk bank komersial terbesar Cina memutuskan bisnis dengan Korut. Presiden AS Barack Obama mengumumkan sanksi baru tersebut pada 2 Januari.
Dalam pertemuan dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Glaser mengatakan tujuan pemberian sanksi itu adalah untuk mengidentifikasi institusi keuangan yang masih tersisa yang memungkinkan Korut memiliki akses ke sistem global.
"Kami bisa saja menargetkan badan pemerintah Korut, kami bisa saja menyasar pejabat pemerintah Korut. Kami bisa memberlakukan sanksi kepada setiap individu atau badan yang menyertai mereka atau memberi dukungan materi," kata Glaser, Selasa (13/1).
Ketua DPR Komite Luar Negeri Ed Royce mendesak sanksi dijalankan secara penuh setelah pihak berwenang AS mengatakan Korut berada di belakang peretasan Sony Pictures.