Kamis 15 Jan 2015 09:21 WIB

Budayawan Bali Sebut Penolakan Revitalisasi Teluk Benoa karena Persaingan Bisnis

Demo dukung  revitalisasi Teluk Benoa, Bali
Foto: dok
Demo dukung revitalisasi Teluk Benoa, Bali

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Budayawan Bali, I Gusti Ngurah Bagus Muditha, mengatakan, penolakan terhadap rencana revitalisasi Teluk Benoa, Bali hanya bersifat personal. Ia pun membantah kalau seluruh masyarakat menolak rencana itu. 

"Segelintir orang saja yang meributkan soal revitalisasi Teluk Benoa. Sebabnya, ada ketakutan dari hotel-hotel dan restauran yang sudah ada di sekitar Teluk Benoa bahwa bila revitalisasi jadi dilakukan maka wisatawan akan tersedot ke sana," ujar Muditha, Kamis (15/1).

Karenanya, ia melihat, penolakan terhadap rencana revitalisasi sebagai bentuk persaingan bisnis, bukan karena ancaman kebudayaan.

"Tidak benar alasan bahwa kalau revitalisasi dilakukan akan mengancam kelestarian budaya Bali. Mereka yang menolak memainkan isu itu agar masyarakat ikut menolak adanya revitalisasi," ucap Muditha yang juga dikenal sebagai Undagi Bali (arsitek tradisional) itu.

Menurutnya, wajar bila para hotel dan restauran di Teluk Benoa tak bersuara mengenai kerusakan lingkungan di Teluk Benoa.

"Coba lihat, bagaimana hotel dan restauran yang sudah terbangun itu melakukan reklamasi yang tidak semestinya. Menebang mangrove seenaknya. Bahkan, sampah-sampah sisa pembangunan dibiarkan begitu saja menumpuk. Ironis melihatnya, terhadap rencana revitalisasi mereka getol menolak, dikatakan merusak lingkungan padahal belum ada pembangunan apapun. Tapi, terhadap mereka yang sudah membangun yang nyata-nyata merusak lingkungan, mereka diam," ucap Muditha.

Saat ini, kondisi Teluk Benoa dikatakan dalam kondisi memprihatinkan. Karena terjadi pendangkalan yang mengancam kehidupan hutan mangrove akibat sedimentasi.  Bahkan, Teluk Benoa dipenuhi sampah sisa pembangunan jalan tol dan sampah rumah tangga. Kondisi ini mendorong pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 51/2014 yang membolehkan dilakukan revitalisasi di Teluk Benoa. 

Dari luas perairan Teluk Benoa yang seluas 14.00 hektare, area yang akan direklamasi seluas 700 hektare (50 persen), dan hanya 400 hektare (28,5 persen) yang akan dikembangkan sebagai pusat-pusat wisata yang baru. Sisanya seluas 300 hektare beserta Perairan Teluk Benoa akan didedikasikan untuk ruang terbuka hijau dan fasilitas sosial serta fasilitas umum (Fasos Fasum). 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement