REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibu rumah tangga ternyata menjadi kelompok tertinggi yang menderita penderita penyakit mematikan human immunodeficiency virus (HIV)/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) di Indonesia.
Direktur Eksekutif Pelopor Keluarga Berencana di Indonesia (PKBI) Inang Winarso mengatakan, pasca reformasi yang dialami Indonesia tahun 1998 lalu ternyata menimbulkan persoalan kesejahteraan dan kesehatan. Memang, kata dia, tren penderita HIV/AIDS relatif terus menurun.
Namun sejak 2012 yang sakit mengalami penurunan, tetapi yang mengidap virus HIV-nya ternyata bertambah secara angka. Ia membeberkan data angka HIV/AIDS secara nasional dalam tiga tahun terakhir.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia, jumlah kasus HIV pada tahun 2012 lalu sebanyak 21.511 dan AIDS sebanyak 8.747 kasus. Kemudian di tahun 2013 jumlah AIDS memang turun menjadi 6.266 kasus namun HIV melonjak dari tahun sebelumnya yaitu 29.037 kasus.
Sementara data terbaru yaitu per triwulan III (September) tahun 2014 jumlah penderita HIV sebanyak 22.869 dan AIDS 1.876 kasus. Data itu, kata dia, belum termasuk jumlah kasus sampai akhir tahun 2014 yang diperkirakan bertambah dari kasus yang tercatat di triwulan III 2014.
“Nah, siapa yang terinfeksi AIDS dengan kasus tertinggi? Ternyata kelompok ibu rumah tangga dengan 6.539 kasus. Jumlah kasus itu merupakan angka kumulatif mulai tahun 1987 sampai dengan September 2014,” katanya di kantornya, di Jakarta, Kamis (15/1).
Kasus HIV/AIDS yang menyerang kelompok wiraswasta sebanyak 6.203 kasus, kelompok tenaga profesional/karyawan sebanyak 5.638 kasus. Sedangkan kelompok pekerja seks komersial (PSK) yang mengidap AIDS ternyata jumlahnya lebih sedikit yaitu 2.052 kasus.
Kemudian pengidap AIDS berdasarkan kelompok petani/peternak/nelayan yang notabene bepergian kesana kemari 'hanya' 2.324 kasus, buruh kasar 2.169 kasus, hingga narapidana sebanyak 359 kasus.
Jika melihat data Kemenkes itu, penularan virus itu memang menjangkiti kelompok ibu rumah tangga ini dan angkanya jauh lebih tinggi dibandingkan latar belakang kelompok lain. Artinya, ibu rumah tangga yang bukan PSK atau nelayan yang bergerak aktif alias hanya istri rumah tangga yang setia menunggu suami, merawat anaknya ternyata mengidap penyakit mematikan itu.
“Virus HIV/AIDS itu bukan menyebar di lokalisasi prostitusi saja, tetapi juga terjadi di kamar tidur karena para ibu rumah tangga itu melakukan hubungan seksual dengan suaminya,” ujarnya.