REPUBLIKA.CO.ID, MUMBAI -- Meski ikut mengecam pembunuhan terhadap 12 orang di Kantor Majalah Charlie Hebdo, para tokoh dan intelektual Islam di India juga menyampaikan kemarahannya kepada majalah satir tersebut. Terutama saat media itu kembali menayangkan kartun Nabi Muhammad SAW.
Para tokoh dan intelektual Islam di India mengatakan, pembunuhan staf majalah, termasuk editor adalah tindakan barbar. Namun, langkah Charlie Hebdo yang kembali menerbitkan edisi terbarunya dengan kartun Nabi adalah tindakan provokatif dan dapat memicu kemarahan umat Islam di seluruh dunia. Edisi terbaru Charlie Hebdo juga dapat mengobarkan semangat Islamofobia yang tengah marak di Eropa.
"Kami tidak memiliki simpati untuk pembunuh yang melakukan kejahatan keji di Paris. Tapi, dengan menerbitkan kartun Nabi lagi pada sampulnya dan mencetak tiga juta kopi, Charlie Hebdo tidak memiliki rasa hormat terhadap sentimen keagamaan masyarakat," kata Abdul Qadir Chaudhry, sekretaris jenderal Partai Samajwadi, seperti dikutip Timeofindia, Jumat (16/1).
Kata Chaudhry, melindungi kehormatan Nabi Muhammad SAW adalah kewajiban bagi setiap umat Islam. Para pemimpin masyarakat di India menyatakan kebebasan berekspresi harus dihormati, tapi tetap ada batasnya.
"Charlie Hebdo menyalahgunakan kebebasan berekspresi. Kartun membuat Anda tertawa selama mereka tidak menyinggung SARA dan menjijikkan," kata Zainuddin Bandukwala, presiden Indo-Arab Society.
Maulana Moin Ashraf Qadri, kepala Madrasah Jamia Ashrafia Qadriya di Grant Road menambahkan sebuah serangan kekerasan tidak dapat dibenarkan. Tapi, majalah harus menunjukkan rasa hormat. Meesam Ali Khan, yang memiliki surat kabar Urdu Aag, mengatakan kebebasan berbicara dan berekspresi tidak termasuk kebebasan untuk memprovokasi orang-orang dan menghina tokoh agama.