REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sampel deoxyribonucleic acid (DNA) korban Air Asia sudah lengkap. Sampel DNA merupakan data primer penting dalam pengungkapan identitas diri korban Air Asia QZ8501.
Setelah 20 hari berjalan, jenazah korban pesawat Air Asia QZ8501 tentu sudah mengalami kerusakan. Salah satu cara proses identifikasi yang tetap bisa dilakukan adalah pencocokan DNA .
"Untuk data ante mortem DNA bagi 162 korban sudah lengkap," ujar Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setiyono di Mapolda Jawa Timur, Surabaya, Jumat (16/1).
Data DNA terakhir dikumpulkan oleh Polda NTT yang berlayar ke Pulau Letti, Maluku mengunjungi keluarga korban. Tim yang dipimpin Kapolda NTT Brigjen Pol Endang Sunjaya mengambil data DNA dari Johanes Abraham, ayah korban bernama Viona Florencia Abraham dan Indah Dany Abraham.
Data yang dikumpulkan berupa sampel DNA dari air liur, darah kering dan darah basah keluarga korban. Nantinya data ini dibandingkan dengan sampel DNA dari jenazah korban.
Sebanyak 48 korban sudah ditemukan dan dibawa ke RS Bhayangkara Surabaya. Ada 40 korban ynag sudah teridentifikasi sedangkan delapan sisanya masih didalami tim DVI.
Kadibddokes Jawa Timur, dr Budiyono mengatakan kesulitan identifikasi karena data DNA dan ante mortem tidak semuanya dapat digunakan untuk mengidentifikasi. "Walaupun data ante mortem dan DNA sudah lengkap tapi karena keadaan jenazah sudah tidak begitu baik maka data post mortem pun semakin sulit dikumpulkan," kata Budi.
Budi mengatakan walaupun saat ini proses identifikasi tidak secepat diawal, operasi identifikasi Air Asia sudah terbilang cepat. "Dari pengalaman DVI dalam luar negeri, 40 jenazah dalam 20 hari sudah cepat," kata Budi.
Seperti diketahui, Air Asia QZ8501 membawa 155 penumpang dan tujuh kru dalam penerbangan dari Surabaya-Singapura. Pesawat itu kemudian hilang kontak di perairan Selat karimata, Kalimantan Tengah.