Ahad 18 Jan 2015 15:29 WIB

Kepala Staf Presiden di Yaman Diculik Kelompok Militan

Rep: c84/ Red: Karta Raharja Ucu
Penculikan
Penculikan

REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- Seorang Kepala Staf Presiden Yaman, Ahmed Awad bin Mubarak dilaporkan diculik sekelompok orang bersenjata, Sabtu (17/1). Mubarak bersama para pengawalnya ditangkap saat tengah melintasi jalan di Ibu Kota Sana'a.

Pejabat setempat menyatakan penculikan ini dilakukan oleh kelompok militan Syiah Houthi yang memang diketahui tengah menguasai Sana'a sejak September lalu dan sejumlah wilayah lain di Yaman terus bentrok melawan Al-Qaida.

"Satu kelompok bersenjata mendirikan pos pemeriksaan di Hada, satu distrik selatan Sanaa, dan menangkap Ahmed Awad bin Mubarak dengan para pengawalnya," kata seorang pejabat dari sekretariat dialog nasional kepada AFP, Ahad (18/1).

Houthi mengancam langkah lebih lanjut untuk menggagalkan konstitusi baru yang dibuat pemerintah Yaman untuk mengatasi perbedaan regional, politik dan sektarian dengan pengalihan wewenang kepada pemerintah daerah daerah. Namun, hal ini ditentang Houthi karena disinyalir akan mengusik kekuasaannya.

Sebelumnya, negara-negara Barat dan Arab khawatir tentang kondisi yang terjadi di Yaman mengingat lokasi negara tersebut bersebelahan dengan Arab Saudi yang dikenal sebagai salah satu ladang minyak serta terletak di jalur pelayaran utama Terusan Suez. Terlebih, kehadiran kelompok sayap Al-Qaida di Yaman yang mengaku sebagai dalang dibalik serangan terhadap majalah satir di Perancis, Charlie Hebdo.

Houthi beralasan penangkapan Mubarak agar mantan calon perdana menteri itu tidak dapat menghadiri pertemuan konstitusinya tersebut. Dalam pernyataannya di saluran televisi al-Maseerah, Houthi mengatakan telah menyadari apa yang disebut penyimpangan dalam rancangan konstitusi dan bagaimana pemerintah berusaha untuk membuat undang-undang. Perwakilan Houthi juga menarik diri dari pertemuan dengan Hadi dan faksi-faksi politik dan regional utama lainnya di negara itu untuk membahas konstitusi.

Piagam baru merupakan hasil pembicaraan antara faksi-faksi yang bersaing di Yaman yang ditujukan untuk meredakan transisi politik menyusul lengsernya mantan pemimpin Ali Abdullah Saleh pada 2012. Namun, usulan untuk membagi Yaman menjadi enam wilayah federal ditentang oleh Houthi. Puluhan orang telah tewas dalam serangan antara Al-Qaida dengan Houthi dan kelompok militan lainnya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement