REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALAN BUN -- Badan SAR Nasional (Basarnas) akan menambah 40 kantung jenazah yang disiapkan di KRI Banda Aceh. Hal ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi jika badan pesawat sudah berhasil diangkat dan langsung mengevakuasi jenazah yang diduga masih terperangkap di dalam badan pesawat QZ 5301.
''Sehingga nantinya semua jenazah korban, baik yang masih utuh ataupun yang sudah tidak sempurna bisa dikumpulkan semua,'' kata Direktur Operasional Basarnas, Marsma SB Supriyadi, di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Ahad (18/1).
Supriyadi menyebutkan, dengan rencana penambahan 40 kantung jenazah ini, maka secara total tim SAR gabungan telah menyiapkan 70 kantung jenazah, 30 diantaranya sudah berada di KRI Banda Aceh. Dengan ditambah 40 kantung plastik, maka ada 110 kantung yang disiapkan untuk mengevakuasi jenazah korban Air Asia QZ 8501.
Namun, Supriyadi mengakui, pengiriman 40 kantung jenazah itu masih akan menunggu cuaca yang bagus di sekitat lokasi. Hal ini agar bisa memudahkan helikopter dolphin milik Basarnas bisa mendarat dengan aman di KRI Banda Aceh.
Berdasarkan pantauan Republika, helikopter dolphin itu gagal mendarat di KRI Banda Aceh lantaran buruknya cuaca dan kuatnya tiupan angin di sekitar lokasi penemuan badan pesawat Air Asia. Akhirnya, helikopter milik Basarnas itu harus kembali mendarat di Lanud Iskandar pada siang hari.
Pilot helikopter dolphin, Letkol Laut (P) Muhamad Tohir, mengungkapkan, pihaknya mendapat informasi dari KRI Banda Aceh, ketinggian ombak mencapai empat meter dan kecepatan angin mencapai 35 knot. Padahal, kecepatan angin yang masih bisa ditolerir untuk mendarat di kapal yang bergerak paling tinggi 25 knot.
''Akhirnya kami diperintahkan Pangarmabar untuk kembali lagi ke Lanud,'' kata Tohir, yang juga menjabat Kepala Subdit Keselamatan Terbang dan Kerja Pusat Penerbang Angkatan Laut, Ahad (18/1).