REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Direktur Centre for Global Security and Governance Andrea Teti menyatakan, umat Islam tak perlu meminta maaf terkait peristiwa penyerangan majalah Charlie Hebdo.
"Orang Kristen tidak ada hubungannya dengan 'balas dendam' serangan yang telah kita lihat terhadap masjid di Prancis setelah serangan teroris pada majalah Charlie Hebdo, tidak ada yang akan bermimpi meminta orang Kristen untuk meminta maaf bagi mereka," katanya kepada Youm7 melalui email.
Apa yang terjadi di Paris, kata dia, tidak ada hubungannya dengan Islam, kecuali bahwa sekelompok kecil orang menyalahgunakan nama Islam untuk melakukan serangan yang mengerikan.
"Untuk masyarakat melek informasi di Eropa sangat jelas Islam adalah agama yang sangat beragam, seperti Kristen atau Yahudi atau Budha yang memiliki perbedaan teologis, perbedaan regional dan budaya," katanya.
Teti menyatakan, fokus pada migrasi, pada isu-isu 'religius' atau 'budaya' mengalihkan perhatian masyarakat Eropa dari masalah yang lebih penting lainnya terhadap umat Islam. "Misalnya, fakta bahwa langkah-langkah 'penghematan' membuat orang-orang biasa membayar kegagalan sektor keuangan, dan politisi dapat menjaga kepentingan mereka."
Sangat mudah untuk beberapa politisi dan media untuk menyalahkan imigrasi atau menyalahkan umat Islam untuk pemotongan pelayanan publik karena alasan tersebut. "Ini mengalihkan perhatian dari penjahat sebenarnya, yang merupakan bank dan politisi yang mendukung mereka," tambah Teti, dilansir dari Cairo Post.