Senin 19 Jan 2015 13:20 WIB

Presiden Niger: Kebebasan Berekspresi tak Berarti Boleh Menghina Agama

Rep: c12/ Red: Karta Raharja Ucu
Pemimpin Redaksi Charlie Hebdo, Stephane Charbonnier menjadi korban serangan brutal.
Foto: AP
Pemimpin Redaksi Charlie Hebdo, Stephane Charbonnier menjadi korban serangan brutal.

REPUBLIKA.CO.ID, NIAMEY-- Presiden Niger Mahamadou Issoufou menyesalkan tindakan umat Muslim yang membakar gereja, Sabtu (17/1) menyusul aksi protes terhadap Charlie Hebdo yang menggambar Nabi Muhammad saw.

Issoufou menolak tindakan yang dilakukan Charlie Hebdo karena telah menghina Islam. Sebab, menurut Issoufou, kebebasan pers dan kebebasan berekspresi bukan berarti memperbolehkan penghinaan agama lain. Apalagi sampai pada menimbulkan kekacauan di berbagai belahan negara.

Kendati demikian, ia tidak membenarkan aksi yang dilakukan sekelompok umat Muslim, sehingga menyebabkan lima warga sipil Niger meninggal dunia. "Banyak korban tewas yang tidak tahu apa-apa soal Charlie Hebdo. Jadi tidak ada alasan membunuh mereka meski mereka Kristen atau apapun agama mereka," ujar Issoufou, seperti dinukil dari Huffington Post, Senin (19/1).

Aksi kemarahan umat muslim Nigeria terhadap Charlie Hebdo pecah di Niamey, Niger. Sekelompok Muslim membakar gereja dan bar yang berada di tengah kota Niamey. Akibatnya lima orang tewas, dan tiga dari kelompok tersebut mengalami luka berat akibat baku hantam dengan pihak polisi lokal Niger.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement