REPUBLIKA.CO.ID, FREETOWN -- Sekolah-sekolah di Sierra Leone akan dibuka kembali Maret, kata pemerintah negara Afrika Barat itu Rabu (21/1), delapan bulan setelah siswa dipulangkan dan kelas ditutup menyusul pecahnya wabah virus Ebola yang mematikan itu.
Pembukaan kembali sekolah adalah tanda lain dari air pasang mungkin berbalik melawan wabah, yang terburuk dalam catatan, dan kini infeksi dan penyebaran virus secara bertahap dikendalikan.
Wabah itu telah menewaskan sekitar 8.626 orang di tiga negara Afrika Barat paling parah - Sierra Leone, Guinea, dan Liberia - dan menginfeksi hampir 21.700 orang, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Rabu.
Pemerintah Sierra Leone mengatakan dalam satu pernyataan bahwa keputusan untuk membuka kembali sekolah-sekolah, satu bidang kehidupan yang terpukul oleh wabah, dibuat setelah pertemuan konsultasi dipimpin oleh Presiden Ernest Bai Koroma, Rabu.
Ia menambahkan bahwa fasilitas-safilitas akan disediakan untuk memastikan bahwa siswa dan guru aman.
"Kami berencana untuk memastikan sekolah-sekolah kami aman dan didesinfeksi sehingga kita bisa kembali dengan anak-anak kita ke sekolah, " kata menteri pendidikan, Dr Minkailu Bah.
Dia mengatakan guru akan dilatih untuk menggunakan termometer untuk mengambil suhu murid dan anggota staf lain, dan ember air yang mengandung klor akan tersedia di semua sekolah.
Ebola ditularkan melalui cairan tubuh, dan salah satu gejala awal penyakit ini adalah demam.
Bah mengatakan bahwa biaya sekolah akan disubsidi untuk semua murid di sekolah menengah guna membantu orang tua, dan kementerian juga akan memberikan materi pengajaran dan pembelajaran.
Kepala Satuan Tugas Ebola Inggris di Sierra Leone, Donal Brown, menyerukan penilaian risiko yang tepat dan penyakit dan kondisi di lapangan sebelum sekolah dibuka kembali.
Beberapa sekolah di seluruh negeri saat ini sedang digunakan sebagai pusat perawatan Ebola untuk mengobati pasien.