REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam rentetan pertemuan itu Samad dituding sempat menyatakan bakal mengamankan kasus politikus PDIP Emir Moeis kepada orang PDIP. Pernyataan Samad dijawab dengan penawaran membuka peluang Samad menjadi pendamping Jokowi sebagai calon wakil presiden.
Namun pada akhirnya setelah melalui berbagai konsultasi dengan ketua umum parpol Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan keputusan Jokowi sendiri, maka Jusuf Kalla ditetapkan sebagai cawapres Jokowi.
Menurut Hasto cerita itu benar adanya, sekalipun Samad menyebut artikel itu fitnah belaka. Hasto bahkan menyatakan ketika Samad diberi kabar bahwa dirinya tidak jadi mendampingi Jokowi sebagai Cawapres dan posisinya diambil oleh politikus Golkar Jusuf Kalla, Samad tampak kecewa.
"Dia kira-kira mengatakan 'ya, saya tahu. Karena saya sudah melakukan penyadapan. Bahwa saya tahu yang menyebabkan kegagalan saya ini (menjadi cawapres Jokowi) adalah bapak Budi Gunawan'," beber Hasto.
Hasto tidak spesifik menuding penetapan calon Kapolri Komjen Pol Budi Gunawan sebagai tersangka oleh KPK lantaran balas dendam Samad yang gagal mendampingi Jokowi. Hasto bersikukuh hanya ingin menyatakan bahwa artikel "Rumah Kaca Abraham Samad" di media sosial benar adanya.
Dia meminta publik membedakan antara misi besar KPK sebagai institusi memberantas korupsi dengan adanya oknum KPK yang belum bisa melepaskan diri dari kepentingan politiknya. Hasto merekomendasikan KPK segera membentuk komite etik dan dirinya pribadi beserta beberapa orang termasuk Hendropriyono dan sejumlah tokoh yang kini menjabat menteri siap memberikan keterangan sebagai saksi.