Jumat 23 Jan 2015 00:21 WIB

PRT Onah dan Permainan Upah Sang Majikan

Rep: Asep Nur Zaman/ Red: Julkifli Marbun
Pembantu rumah tangga.  (ilustrasi)
Pembantu rumah tangga. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jauh-jauh dari Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Onah (45 tahun) bekerja sebagai pembantu rumah tangga pada sebuah keluarga pegawai bank di kawasan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten. Ia berani meningalkan suami dan dua anaknya di kampung halaman karena tergiur upah Rp 1 juta per bulan.

Tugas Onah seabrek, mulai dari mencuci, mengepel, memasak hingga mengasuh layaknya baby sitter bagi satu anak majikannya yang berumur tiga tahun dan sedang nakal-nakalnya. "Majikan saya suami-istri sama-sama kerja di Jakarta. Saya baru bisa istirahat tidur setelah menjelang tengah malam dan subuh harus sudah bangun untuk memulai pekerjaan rutin," katanya.

Pada akhir bulan pertama ia bekerja, Onah sudah sumringah karena akan mendapatkan gaji perdana. Ia sudah hitungan-hitungan, berapa yang akan dikirim ke kampung dan berapa yang akan diselipkan untuk simpanan di dompet. "Rencananya saya mau ambil sedikit saja untuk pegangan di sini, sebagian besar untuk dikirim ke keluarga di kampung," katanya.

Tetapi betapa kecewanya, upah yang didapat dari sang majikan tidak sesuai perjanjian. "Saya hanya dikasih Rp 800 ribu. Tekor sampai Rp 200 ribu, sangat berarti bagi saya," kata Onah.