REPUBLIKA.CO.ID,TOKYO--Jepang berada di ambang batas memenuhi tebusan atas penyanderaan dua warganya oleh kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), Jumat (23/1).
Pemerintah Jepang memiliki waktu hingga pukul 14.50 siang waktu setempat. Namun, tidak ada tanda-tanda proses pembebasan mereka.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berdiskusi dengan Dewan Keamanan Nasional tentang bagaimana menangani permasalahan. Masih belum jelas langkah apa yang akan dilakukan Jepang.
Sebelumnya, ibu salah seorang sandera Kenji Goto, Junko Ishido memohon agar anaknya bisa selamat. ''Waktu terus berjalan. Tolonglah, pemerintah Jepang, selamatkan nyawa anak saya,'' katanya dilansir Associated Press.
Ia muncul sambil bercucuran air mata meminta agar anaknya bisa pulang. Ia juga meminta maaf atas permasalahan yang telah ditimbulkan anaknya. Kantor berita nasional NHK melaporkan bahwa mereka telah mendapat pesan dari ISIS dan akan mengeluarkan pernyataan secepatnya.
Juru bicara pemerintah Yoshihide Suga mengatakan, Jepang terus mencoba cara apapun untuk menyelamatkan sandera.
''Kami melakukan yang terbaik untuk berkoordinasi dengan pihak terkait termasuk pemimpinnya,'' kata Suga.
Pemerintah telah menegaskan tidak akan menggunakan dana kemanusiaan Jepang untuk membayar tebusan. Dana kemanusiaan hanya digunakan untuk keperluan global seperti membantu pengungsi.
Mereka bersikeras tidak akan tunduk pada ancaman teroris. AS dan Inggris juga menyarankan tidak membayar tebusan. Meski demikian, Suga menegaskan nyawa dua warganya adalah prioritas utama.
Jepang memiliki koneksi diplomatik yang lemah di Timur Tengah. Diplomat Jepang telah meninggalkan Suriah ketika perang sipil terus memburuk.
Masjid paling penting di Tokyo, Tokyo Camii and Turkish Culture Center mengeluarkan pernyataan menyeru agar ISIS melepaskan sandera. ''Tindakan ISIS sangat berlawanan dengan Islam dan berimbas serius pada komunitas Islam di seluruh dunia,'' katanya.