REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Presiden Jokowi direncanakan akan membuka Kongres Umat Islam Indonesia ke-6 (KUII VI) di Pagelaran Kraton Yogyakarta, Senin (9/1).
KUII VI tersebut mengambil tema “Penguatan Peran Politik, Ekonomi dan Sosial Budaya Umat Islam untuk Indonesia menuju Berkeadilan dan Berperadaban.”
Diambilnya tema tersebut karena melihat kondisi umat Islam Indonesia terkini yang justru terkesan menjadi entitas yang tertinggal dalam segala bidang kehidupan, baik ekonomi, teknologi, hingga masalah politik.
''Umat Islam Indonesia justru “ditinggalkan” oleh sistem ekonomi nasional yang kurang berpihak kepada pemberdayaan umat Islam,'' kata Ketua Umum MUI Din Syamsuddin pada jumpa pers usai audiensi dengan Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X di Bangsal Wilis Kepatihan Yogyakarta, Jum’at (23/1).
Tantangan dalam politik Islam dan ekonomi umat memiliki dampak serius dalam masalah identitas peradaban dan sosial budaya umat Islam Indonesia. Misalnya dalam kebijakan tata ruang telah terjadi pergeseran paradigmatik terhadap dimensi spiritual dan filosofi keislaman.
Sehingga dimensi religi dan spiritual Islam di sektor tata ruang publik menjadi terpinggirkan. Masjid, alun-alun, perguruan Islam, perpustakaan Islam semakin terdesak oleh pembangunan fasilitas publik yang berciri hedon dan konsumeristik.
Lebih lanjut Prof Din yang juga Ketua Umum PP Muhammadiyah ini mengatakan dalam kongres ini akan melakukan introspeksi dan evaluasi ke dalam umat Islam Indonesia. Dalam kongres ini lebih menekankan pada bagaimana bagaimana peran umat Islam dalam tiga gatra (ekonomi, politik dan budaya).
Karena Umat Islam menjadi satu kekuatan penentu dan efektif bagi kebangsaan. ''Ada masalah-masalah diantara kelompok Islam seperti kecenderungan saling menyalahkan, saling mengkafirkan dan ini tidak terelakkan,'' kata Prof Din seraya menyebutkan peserta kongres sebanyak 700 umat Islam.
''FPI, Hizbut Tahrir juga akan diundang. Meskipun ada yang pro kontra tetapi MUI menjadi tenda besar sehingga harus mengundang semua elemen umat Islam,'' kata Din yang didampingi Ketua Panitia Pengarah KUII VI Slamet Effendy Yusuf, Ketua MUI KH. Amidhan , Dewan Pimpinan MUI DIY Toha Andurrahman.
Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X berharap dalam Kongres KUII VI ini aspek-aspek komitmen kebhinekaan dan toleransi bisa dibahas. ‘’Toleransi itu keniscayaan yang harus dipertahankan karena kenyataannya sejak awal kita berbeda-beda,’’ujarnya.