REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abraham Samad terisak. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu tak kuat menahan air matanya jatuh. Samad tak seperti biasa yang terlihat tegas dan berapi-api saat bicara di depan publik. Kalimatnya tertahan saat menyampaikan tanggapan atas kriminalisasi yang terjadi terhadap koleganya, Bambang Widjojanto.
Wakil Ketua KPK itu ditangkap oleh Bareskrim Mabes Polri Jumat (23/1) pagi. Pulang dari mengantar anaknya sekolah, Bambang diadang. Dia ditangkap dan telah ditetapkan sebagai tersangka dengan tuduhan mengada-ada, mengarahkan saksi untuk memberi keterangan palsu dalam sidang sengketa Pilkada Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, di Mahkamah Konstitusi (MK).
Samad nampaknya sudah punya firasat atas kriminalisasi terhadap partnernya itu. Dia menceritakan, dalam pertemuan terakhir sebelum Bambang ditangkap, dirinya bersama-sama Bambang menjenguk musisi Abdee Slank yang sedang dirawat di rumah sakit, Kamis (22/1) malam hingga pukul 22.00 WIB.
Bambang awalnya ingin menjenguk sendirian. Samad yang mempunyai firasat tidak enak berinisiatif menemaninya. Samad akhirnya menawarkan diri untuk menjenguk Abdee bersama-sama. Mereka berdua akhirnya berangkat bersama dari gedung KPK pukul 20.00 WIB. Dalam perjalanan, kata Samad, Bambang selalu berkata dengan mengisyaratkan perasaannya tentang adanya kejadian terhadap dirinya.
"Mungkin Pak BW (Bambang Widjojanto sudah merasa bahwa akan menjadi target sama dengan saya. Dan yang sulit saya lupakan, ketika dia bilang, ini malam mungkin, malam terakhir buat kita," kata Samad dengan terisak dan disambut teriakan-teriakan dukungan terhadap KPK.
Tapi Samad tak mundur. Dia memastikan komitmen pemberantasan korupsi tak akan kendur. Dia meyakini semua yang terjadi di KPK saat ini adalah bentuk kedzaliman. Dan kedzaliman tidak akan pernah bisa mengalahkan kebenaran. Kriminalisasi terhadap pimpinan KPK tak bisa dibiarkan.
Samad mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu. Melawan segala bentuk upaya pelemahan terhadap pemberantasan korupsi bersatu melawan korupsi. Adanya kriminalisasi terhadap Bambang Widjojanto tidak boleh menyurutkan semangat dalam memberantas korupsi. "Komitmen pemberantasan korupsi tidak akan pernah berhenti dengan adanya kriminalisasi. Kebenaran akan tercipta di Indonesia," katanya.
Menurutnya, apa yang terjadi dan menimpa KPK saat ini adalah salah satu upaya pihak tertentu untuk mengkerdilkan upaya pemberantasan korupsi. "Atas nama KPK, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan ini," ujarnya.