REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Irwan Kelana
Mawardi sering ikut sejumlah ulama, terutama Buya Nurdin Hakami, berdakwah ke berbagai tempat, dari Jakarta hingga Bandung.
Pada usia 40 tahun, ia bergabung dengan Buya HAMKA di Masjid Agung Al Azhar Kebayoran Baru, Jakarta. Pada awalnya ia menjadi pembawa acara, lama-kelamaan akhirnya ia pun mulai berceramah.
Bersama-sama Buya HAMKA, ia merintis pendirian lembaga pendidikan Al-Azhar di Masjid Al-Azhar. “Awalnya masih merupakan pendidikan diniyah. Ia dan Buya HAMKA ikut mengajar di sekolah tersebut,” kata Afrizal.
Mawardi Labay punya ciri khas dalam menyampaikan ceramahnya. Bahasanya sederhana, mudah dipahami, kadang-kadang dengan gaya daerah Minangkabau dengan pepatah–petitihnya dan rasa humor yang tinggi.
“Motto beliau dalam berdakwah adalah ‘Membawa Umat Supaya Sukses dan Selamat’. Sukses di dunia selamat di akhirat,” papar Afrizal.
Sebagian besar jamaah pengajian KH Mawardi Labay adalah kaum ibu. Mereka umumnya sudah berumur tapi baru mulai belajar mengaji. Dan mereka umumnya merupakan orang-orang kaya.
“Salah satu kelompok pengajian kaum itu bertempat di rumah Ibu Rahman Tamim, Jakarta. Rahman Tamim merupakan raja tekstil tahun 80-an,” ungkap Afrizal.