Senin 26 Jan 2015 17:00 WIB

Pembicaraan Antar Kekuatan Politik di Yaman Gagal

Rep: Gita Amanda/ Red: Julkifli Marbun
Peta Yaman.
Foto: Foto: lib.utexas.edu
Peta Yaman.

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Pembicaraan antara tiga partai politik utama Yaman dan pemberontak Houthi pada Ahad (25/1), gagal mencapai kesepakatan. Sejumlah faksi utama menghentikan negosiasi dan menyerukan protes baru terhadap pemberontak.

Pejabat yang hadir dalam pembicaraan pada Ahad mengatakan, partai Islam Islah telah menarik diri dari perundingan bersama dengan partai Sosialis dan Nasser. Pejabat mengatakan, kelompok tersebut menolak dialog dengan para pemberontak Houthi yang dianggap ingkar janji, dan menyerukan aksi protes damai menghadapi mereka.

Al-Arabiya melaporkan, juru bicara ketiga partai Mohamed Qabati mengatakan, mereka juga marah akan tindakan keras Houthi terhadap aksi protes terbaru. Partai-partai tersebut menuntut pembebaskan 11 aktivis dan jurnalis yang ditahan oleh Houthi, setelah ikut bergabung dalam protes terhadap Houthi di Sanaa. Belum ada komentar dari pihak Houthi terkait hal ini.

Kegagalan pembicaraan semakin diperburuk dengan tak adanya pemimpin di negara tersebut, setelah presiden mengundurkan diri pekan lalu. Padahal Washington menyebut Yaman merupakan 'rumah' bagi cabang alqaidah paling berbahaya.

Pejuang Houthi telah merebut kota Sanaa pada September tahun lalu. Ketegangan antara Houthi dan pemerintah kembali meningkat, setelah pekan lalu Houthi menuduh Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi mengingkari perjanjian pembagian kekuasaan. Houthi mengepung kediaman Hadi. Tindakan Houthi memicu demonstrasi besar-besaran yang menentang gerakan tersebut.

Houthi yang mengontrol jalan-jalan ibukota tanpa kehadiran pasukan pemerintah pusat, kerap bentrok dengan para demonstran. Houthi melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan demonstran di Sanaa. Mereka juga merusak kamera wartawan yang meliput.

 

Protes anti-pemberontak juga terjadi pada Ahad di sekitar Alun-Alun Perubahan. Sekitar 200 demonstran berbaris menuju istana presiden. Sehari sebelumnya puluhan ribu orang melancarkan aksi protes di seluruh negeri, untuk mengecam aksi pemberontak.

Sebelumnya kantor berita SABA melaporkan, parelemen sempat menunda pertemuan yang dijadwalkan pada Ahad, untuk memutuskan apakah akan menerima pengunduran diri Hadi. Hadi dan kabinetnya telah mengajukan pengunduran diri pada Kamis (22/1).

Pejabat keamanan mengatakan, di tempat lain di Sanaa sebuah bom mobil meledak. Insiden tersebut melukai lima orang dan salah satunya mengalami luka serius.

Di tengah gagalnya pembicaraan antara partai-partai utama Yaman dan Houthi, utusan PBB Jamal Benomar mengatakan ia akan terus melanjutkan usaha PBB menjembatani pembicaraan antara kekuatan politik Yaman yang berbeda.

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Barack Obama pada Ahad mempertahankan strategi kontra-terorisme berbasis drone yang diterapkan pemerintahnya pada militan Alqaidah di Yaman. Empat bulan lalu, Obama masih memuji Yaman karena dianggap berhasil memerangi militan di negara tersebut. Namun pekan lalu, negara yang didukung AS itu runtuh di mana pemberontak Houthi yang didukung Iran mengambil alih ibukota.

Beberapa pejabat AS mengatakan, Jumat (23/1), AS telah menghentikan sejumlah operasi kontra-terorisme terhadap gerilyawan Alqaidah di Yaman menyusul pengambilalihan oleh Houthi. Namun Obama mengatakan, AS tak akan menghentikan operasi kontra-terorismenya.

"Kami akan terus mengejar target berharga di Yaman dan kami akan terus mempertahankan tekanan untuk menjaga orang-orang AS tetap aman," ujarnya. Obama menambahkan, upaya AS ini untuk menunjukkan bahwa mereka akan terus memberikan tekanan pada jaringan teroris bahkan dalam kondisi yang sulit.

sumber : AP/Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement