REPUBLIKA.CO.ID, BETHLEHEM -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Avigdor Lieberman yang juga seorang aktivis Partai Yisrael Beiteinu telah membeli salinan majalah satir Prancis, Charlie Hebdo untuk didistribusikan secara gratis kepada publik Israel. Langkah itu muncul setelah toko buku terbesar Israel, Steimatzky, menunda rencana untuk menjual majalah tersebut menyusul keluhan dari orang-orang Arab Israel.
Lieberman mengatakan, majalah tersebut adalah salah satu dari kebebasan berbicara. "Israel tidak bisa menjadi ISIS dan kita tidak akan membiarkan gerakan radikal mengintimidasi Israel dan membahayakan kebebasan berekspresi," ujarnya seperti dilansir IrishTimes, Selasa (27/1).
Sebelumnya, Steimatzky telah membeli 700 eksemplar majalah satir yang menayangkan kartun Nabi Muhammad Saw., dan berencana menjualnya di toko Ramat Gan, dekat Tel Aviv. Namun, maraknya keluhan dari orang-orang Arab Israel, perusahaan itu memutuskan hanya menjualnya secara daring.
Sebelumnya, ribuan warga Palestina turun ke jalan di kota-kota Hebron, Tepi Barat dan Ramallah mengecam majalah satir tersebut. Sebuah batu bata dilemparkan para demonstran ke jendela toko Steimatzky di Upper Nazareth.
Komite monitoring merilis sebuah pernyataan yang menyerukan untuk tidak menjual majalah itu tidak hanya di Israel tetapi di seluruh dunia Islam karena dinilai hanya menyakiti perasaan umat Islam.
Anggota Knesset Masud Ganaim, yang mewakili gerakan Islam di Partai Ra'am-Ta'al, memperingatkan dalam sebuah surat kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, konsekuensi serius jika majalah tersebut dijual. "Ini adalah langkah yang sangat serius, berbahaya dan bodoh," tulisnya.