REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Hasil tes narkoba berbeda yang dirilis Polda Metro Jaya dalam kasus dugaan penggunaan narkoba serta kecelakaan di Arteri Pondok Indah, Christopher Daniel Sjarief (23 tahun) bisa memperburuk citra kepolisian.
“Propam Polri perlu turun tangan menyelesaikan kasus ini, apakah pelaku benar-benar menggunakan narkoba atau tidak saat mengendarai mobil yang menabrak empat orang hingga tewas itu. Karena ini bisa membuat citra Polri makin terpuruk,” tegas Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane, Kamis (29/1).
Sikap dualisme kepolisian dalam kasus Christoper ini, dinilai Neta, membuat masyarakat menjadi bingung dan bertanya apa sesungguhnya yang terjadi di Polri. Ditambah lagi dengan konflik dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sehingga posisi Polri kian terpojok sebagai institusi hukum yang kerap melemahkan hukum itu sendiri.
Dualisme ini, ujarnya, menimbulkan tanda tanya, siapa sesungguhnya Christopher Daniel Sjarief, kenapa kasusnya mendadak menjadi alot.
“Dengan adanya dualisme ini, keberadaan Polri sangat dirugikan. Masyarakat akan semakin memandang negatif pada Polri. Bukan mustahil dualisme ini akan membuat posisi Polri makin terpojok paska konflik
Polri-KPK,” cetus Neta.
Sebelumnya Polda Metro Jaya mengatakan, Christophermenggunakan narkoba jenis LSD sebelum menabrak hingga empat orang tewas pada 21 Januari 2015 lalu. Ironisnya, beberapa hari kemudian, setelah tes urin di BNNdikatakan Christopher tidak menggunakan (negatif) narkoba.