REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Keluarga korban kecekalaan pesawat AirASia QZ8501 asal Kota Malang, Jawa Timur, mengaku pasrah ketika Badan SAR Nasional (Basarnas) menghentikan proses pencarian terhadap korban pesawat yang mengalami musibah pada akhir Desember 2014 itu.
"Sejatinya kami dan anggota keluarga lainnya masih berharap proses pencarian tetap dilanjutkan, namun kalau pemerintah sudah memutuskan untuk dihentikan, kami hanya bisa pasrah dan terus berdoa semoga keluarga kami bisa ditemukan semua," tegas In In Rahmawati, keponakan salah seorang korban AirASia Djarot Biantoro, di Malang, Kamis.
Lebih lanjut, In In mengatakan kalau pemerintah menghentikan proses pencarian korban AirASia, keluarga hanya bisa berdoa. Namun, keluarga tetap berharap jenazah korban akan ditemukan, termasuk keluarganya.
Apalagi, katanya, saat ini masih ada 15 jenazah di RS Bhayangkara Surabaya yang belum teridentifikasi, sehingga keluarga mempunyai harapan besar semua bisa ditemukan.
"Harapan kami dari 15 jenazah yang belum teridentifikasi itu ada jenazah istri dan anak paman saya yang sudah teridentifikasi dan diserahkan kepada kami, yakni Djarot Biantoro," ujarnya.
Djarot Biantoro berada di pesawat AirASia QZ 8501 dengan rute penerbangan Surabaya-Singapura itu bersama istri, Ernawati dan anaknya Kevin Biantoro. "Sekarang jenazah paman saya sudah ditemukan dan harapan kami jenazah istri dan anaknya juga ditemukan serta teridentifikasi, kemudian diserahkan pada keluarga agar segera bisa kami makamkan," kata In In.
In In mengatakan pihak keluarga sudah menyiapkan tempat pemakaman bersama untuk keluarga pamannya itu, bahkan menyiapkan tempat persemayaman jenazah di Yayasan Gotong Royong untuk jenazah Djarot Biantoro, istri dan anaknya.
Jumlah korban AirAsia asal Kota Malang sebanyak 36 orang. Dari jumlah tersebut, baru tujuh korban yang sudah teridentifikasi dan diserahkan ke keluarganya di Kota Malang dan sudah dimakamkan atau dikremasi.
Ketujuh korban yang sudah teridentifikasi tersebut adalah Rudy Soetjipto, Kevin Alexander Soetjipto, Cindy Clarissa Soetjipto, Bob Hartanto Widjaya, Susandhini Liman, The Darmaji, dan Djarot Biantoro.
Basarnas mulai menghentikan proses pencarian korban pesawat AirASia pada Rabu (28/1).