REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Prabowo Subianto dinilai sebagai sinyal jika Jokowi mulai menyadari pentingnya pengelolaan kekuasaan.
"Pertemuan dengan Prabowo sinyal bahwa Jokowi mulai menyadari dia harus memikirkan persoalan pengelolaan kekuasaan. Dia harus mampu mengendalikan kekuasaan politik," kata Pengamat politik dari Indobarometer, M Qodari memandang di Jakarta, Kamis (29/1).
Menurut Qodari, posisi Presiden Jokowi saat ini tidak cukup mencerminkan kesuksesan dalam konteks mewujudkan sistem pemerintahan presidensial sesungguhnya. Ia menjelaskan dalam sistem pemerintahan presidensial yang dapat diartikan sebagai wujud konstitusional dari sebuah kerajaan, maka presiden seharusnya adalah raja.
Presiden harus mampu memikul dan mengambil keputusan atas segala macam urusan kenegaraan dan permasalahannya. "Dari situ ada benang merah, bahwa Jokowi saat ini tidak cukup 'powerful' dalam posisi sebagai Presiden. Ini sebuah realita yang bisa dikatakan pahit dan juga sebuah tantangan," jelas Qodari.
Akibat posisinya yang lemah secara politik, Qodari berpendapat Jokowi bak sedang mendayung di antara dua karang di 100 hari masa pemerintahannya.
"Jokowi bisa mengalkulasi kekuatan politiknya. Pertemuan dengan Prabowo saya rasa bagian dari kalkulasi yang dilakukannya," terang dia.