Kamis 29 Jan 2015 21:54 WIB

Kementan Belum Temukan Apel Terinfeksi Bakteri di Dalam Negeri

Rep: C78/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pedagang menata apel impor di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Selasa (28/1). (Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang menata apel impor di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Selasa (28/1). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kementerian Pertanian (Kementan) masih menjamin bahwa hingga hari ini, Kamis (29/1), keberadaan apel terindeksi bakteri asal Amerika tidak ditemukan di pasaran Indonesia.

Hal tersebut bertolak belakang dengan pernyataan Menteri Perdagangan (Mendag) yang menyebutkan sebaliknya. Di mana terdapat apel amerika yang terkontaminasi bakteri beredar di pasaran dalam negeri. Mendag menduga, apel berbahaya tersebut masuk lewat jalur selundupan. 

“Kalau Mendag bilang berbakteri, coba konfirmasi ke Kemendag, bakteri seperti apa, jenisnya apa, di mana tempatnya dan bagaimana mengetahui ada kontaminasi bakteri di sana,” kata Kepala Bagian Hukum dan Hubungan Masyarakat Badan Karantina Pertanian Kementan MM Eddy Purnomo kepada ROL, Kamis (29/1).

Dikatakan begitu, lanjut dia, bukan berarti Kementan dalam posisi melempar tanggung jawab. Ia pun menyadari banyaknya pintu masuk barang impor ilegal ke Indonesia.

Makanya mesti diperjelas agar realisasi penindakannya pun jelas. Maka Kementan masih konsisten menyatakan, produk buah dan sayuran impor yang masuk ke Indonesia sejak Mei hingga Desember 2014 dengan jalur legal dinyatakan aman.

Sebagaimana disampaikan Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Banun Harpini, kata Eddy, sejak kasus apel terkontamisasi bakteri muncul, Kementan melakukan sejumlah pengawasan ketat dengan mengunci setiap pemasukan buah yang masuk. Adapun produk yang telah beredar di pasaran, lanjut dia, itu merupakan kewenangan dan otoritas keamanan pangan daerah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement