REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- DKI Jakarta masuk dalam 50 besar kota paling tidak aman di dunia menurut survei lembaga riset The Economist Intelligence Unit, EIU Safe Cities Index 2015. Namun, banyak warga Ibu Kota yang memiliki pandangan berbeda.
Dewi (26 tahun) salah satunya. Ia mengaku resah bila pulang malam dengan menggunakan transportasi umum. Tetapi hal itu bukan berarti Jakarta adalah kota yang tidak aman. Menurutnya, aman atau tidak aman itu sebuah persepsi masing-masing individu.
"Saya yakin di berbagai dunia manapun rasa tidak aman itu selalu ada, yang terpenting kita harus dapat berhati-hati," ujar Dewi kepada ROL di Slipi, Jakarta Barat, Kamis (29/1).
Dewi menilai survei itu juga bisa bermanfaat bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membenahi dengan lebih baik lagi. Seperti masalah yang dikeluhkan Dewi tentang pelayanan publik serta infrastruktur sarana dan prasarana penunjang.
Dewi berharap pemerintah dapat memperbaiki itu semua dan memberikan pengamanan yang baik pula bagi masyarakat Jakarta. "Kalau keamanannya lebih ketat, karyawati seperti saya ini dapat merasa aman bila pulang malam hari," kata Dewi.
Penuturan serupa disampaikan Herdi (29). Ia mengaku masih nyaman untuk beraktifitas di Jakarta hingga malam hari. Walaupun diakuinya pada jam-jam tertentu Ibu Kota terbilang rawan tindak kejahatan.
"Kalau merasa Jakarta tidak aman, kenapa masih banyak orang yang berani dan mengadu nasib di Jakarta," ujar Herdi.
Pendapat bersebrangan dilontarkan Heru (45). Pria yang saban hari mengendarai motor itu pernah mengalami kejadian tindak kejahatan di malam hari. Menurut dia, kurangnya pengamanan dari pihak Kepolisian dan minimnya penerangan di beberapa wilayah Jakarta membuat pelaku tindak kejahatan dapat melakukan aksinya.
"Saya pernah dipepet oleh motor saat melintas di sepanjang jalur Kuningan, untung saya berhasil kabur," kata Heru.
Dia berharap pihak Kepolisian lebih memperketat pengamanan dan melakukan patroli di malam hari. Selain itu, dia juga berharap Pemprov DKI Jakarta dapat memperhatikan sarana publik yang rusak untuk segera diperbaiki.