Jumat 30 Jan 2015 14:04 WIB

Ini Kejanggalan Rekaman Pembicaraan Terakhir MH370

Rep: Gita Amanda/ Red: Agung Sasongko
  Lokasi kontak terakhir dari pesawat MH 370 Malaysia Airlines yang terpantau oleh radar.
Foto: AP/flightradar24.com
Lokasi kontak terakhir dari pesawat MH 370 Malaysia Airlines yang terpantau oleh radar.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Setelah pemerintah Malaysia membuat pernyataan resmi, yang menegaskan insiden MH370 merupakan kecelakaan, The Telegraph kembali menerbitkan transkrip rekaman pembicaraan terakhir di dalam kokpit pesawat.

Rekaman tersebut memuat pembicaraan sejak pesawat akan lepas landas hingga pesan terakhir yang tercatat pada pukul 01.19 dini hari waktu setempat.

Para analis mengatakan, urutan pesan yang muncul merupakan percakapan rutin antara pilot dan pengawas. Namun ada dua percakapan yang terdengar aneh.

Pertama, pesan dari kokpit pada pukul 01.07 yang mengatakan pesawat Malaysia Airlines terbang pada ketinggian 35 ribu kaki. Pesan ini mengulangi pesan yang disampaikan enam menit sebelumnya. Keanehan kedua adalah komunikasi antara kokpit dan menara pengawas yang terputus saat pesawat membelok tajam.

Saat itu, pesawat memutus kontak dengan menara kontrol Kuala Lumpur di Malaysia waktu serah terima dengan menara kontrol Ho Chi Minh City, Vietnam. Ini yang menjadi salah satu alasan kecurigaan bahwa pesawat hilang bukan karena kecelakaan.

"Jika saya akan mencuri pesawat, pada poin itu saya akan melakukannya," ujar salah satu mantan pilot British Airways yang menerbangkan Boeing 777, Stephen Buzdygan.

Sebab menurutnya, saat itu ada sedikit celah di mana komunikasi udara sempat mati antara kokpit dengan pengendali lalu lintas udara. Itu bisa menjadi waktu bagi mereka selama penerbangan, karena tak bisa dilihat dari daratan.

Sebelum pembicaraan berakhir pada pukul 01.19, pengendali lalu lintas udara Kuala Lumpur meminta MH370 untuk segera menghubungi Ho Chi Minh City. Saat itu dijawab oleh kopilot Fariq Abdul Hamid, sebelum pembicaraan akhirnya terhenti dan pesawat hilang.

"Baiklah, selamat malam," tutup Fariq kala itu.

Pada Kamis (29/1), pemerintah Malaysia mengeluarkan pernyataan resmi mengenai tragedi hilangnya Malaysia Airlines MH370. Mereka menyebut insiden tersebut sebagai sebuah kecelakaan, dan seluruh penumpang diperkirakan tewas. Pengumuman itu membuka pintu bagi keluarga korban untuk menuntut pembayaran kompensasi.

Meski hingga saat ini pencarian yang dipimpin Australia belum menemukan badan pesawat. Peneliti internasional masih menyelidiki alasan MH370 berbelok ribuan mil keluar rute yang dijadwalkan.

Pada Maret 2014, Malaysia menghubungi sejumlah negara dengan peralatan deteksi laut yang canggih untuk membantu pencarian kotak hitam pesawat. Operasi pencarian dan penyelamatan MH370 tercatat sebagai operasi termahal dalam sejarah. Area pencarian mencakup wilayah perairan seluas 9.000 mil persegi, memiliki kedalaman 13 ribu kaki dengan arus yang kuat.

Wakil Perdana Menteri Australia Warren Truss mengakui, puing-puing kemungkinan tak akan pernah ditemukan. Ia juga yakin bahwa puing akan berpindah dengan jarak yang signifikan dari waktu ke waktu. "Sesuatu yang mengambang di laut yang lama, kemungkinan tak akan lagi mengambang," ujarnya.

Menteri Transportasi Malaysia Hishammuddin Hussein mengatakan, pencarian memang membuat mereka frustasi. Ia juga sudah menduga ini akan menjadi pencarian yang memakan waktu panjang. "Kami harus mencapai bawah laut dan fokus memperkecil area pencarian dan melakukan penyelamatan jika memungkinkan," tambahnya.

The Telegraph telah berulang kali meminta Malaysia Airlines, Otoritas Penerbangan Malaysia dan Pemerintah Perdana Menteri Najib Razak untuk mengkonfirmasi rekaman komunikasi terakhir di kokpit Mh370 tersebut. Namun hingga saat ini, kantor perdana menteri mengatakan tak akan merilis data rekaman itu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement