REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kalangan akademisi menyatakan pemerintah perlu memperhatikan keluhan warga penerima beras untuk rakyat miskin (raskin) sebelum mengubah program tersebut.
Guru Besar FISIP Universitas Indonesia Paulus Wirutomo di Jakarta, Sabtu (31/1), menyatakan bahwa pemerintah seharusnya melakukan penelitian dan kajian mendalam sebelum benar-benar menghapus program tersebut terhadap masyarakat yang membutuhkan raskin.
"Banyaknya penolakan terhadap rencana penghapusan kebijakan raskin seharusnya menjadi pembelajaran bagi pemerintah bahwa ke depan perubahan yang hendak dilakukan tidak dilakukan dengan tergesa-gesa," katanya.
Menurut dia, pemerintah seharusnya mendengarkan masyarakat, terutama mereka yang selama ini menerima raskin.
Pemerintah mesti memahami apakah masyarakat sudah siap berubah atau tidak. Jika tidak, kata dia, tentu akan mempunyai dampak lain yang tidak diinginkan, misalnya berbagai penolakan.
Sebelumnya, pemerintah berencana menghentikan program raskin dan menggantikannya dengan e-money. Namun, akhirnya menganulir rencana tersebut dan tetap melanjutkan program itu.
Nuraeni (64) warga Kampung Kuta Ateuh, Jurung Thaib, Kecamatan Sukakarya, Sabang, Aceh, mengaku sangat terbantu dengan adanya program raskin.
Menurut dia, raskin memang menjadi tumpuan harapan untuk mendapatkan beras dengan harga terjangkau, terlebih untuk warga miskin seperti dirinya.
Hal yang sama dinyatakan Asmuni, warga Kampung Anek Laut, Jurung Putro Bungsu, Kecamatan Sukakarya, Sabang. Pengambil gula aren di hutan dengan penghasilan Rp 250 ribu--Rp 300 ribu per bulan itu menyayangkan jika program tersebut dihentikan.
"Semoga ke depan pemerintah dan Bulog tetap memberikan raskin kepada kami," katanya.
Sementara itu, Zaenal (67) warga Kampung Malaka, Desa Sindangkerta, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat, mengungkapkan, melalui program raskin, dirinya bisa membawa pulang beras sebagai kebutuhan pokok hanya dengan uang sebesar Rp 1.600,00 per kilogram.
"Tentu saja sangat membantu, apalagi harga beras di wilayahnya saat ini sedang tinggi. Di pasaran, harga beras sudah mencapai Rp 10 ribu per liter," katanya.