REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Di Eropa, Muslimah berhijab kerap kali terpinggirkan. Ruang gerak para Muslimah ini dibatasi.
Namun, perjuangan Muslimah Eropa telah mencapai momentumnya. Peringatan Hari Hijab Sedunia telah membuka perspektif baru, yang akhirnya berdampak positif.
Satu kabar menggembirakan pun datang dari Turki. Negara yang kental dengan sekularisme ini pada akhirnya tidak dapat membendung keinginan kembali pada identitas Islam.
Sejarah baru tertoreh. Untuk kali pertama dalam 14 tahun terakhir, jilbab masuk ke parlemen. Tidak mudah memang lantaran banyak pihak yang kontra.
"Kami tidak tahu bagaimana reaksinya, tapi kami memasuki parlemen dengan kepala berjilbab, dan kami langsung bekerja," ungkap Nurcan Dalbudak, anggota parlemen dari Development Party (AKP) seperti dilansir Reuters, Jumat (1/11).
Nurcan, merupakan satu dari empat anggota parlemen perempuan yang berhijab. Mereka datang, dengan membawa kejutan yang membuat 'efek kejut' di parlemen.
Saat itu, Presiden Turki, Abdullah Gul menilai bukan hal yang ilegal ketika anggota parlemen perempuan mengenakan hijab. "Ini seperti terlihat tabu, tapi tidak demikian," kata dia.
Secara terpisah, Perdana Menteri Turki, Reccep Tayyip Erdogan yang kini menjabat presiden mengatakan, seluruh anggota parlemen seharusnya menaruh hormat kepada koleganya yang mengenakan hijab. Sudah seharusnya, parlemen tidak mengurusi masalah ini.