REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Pemberontak Houthi memberikan ultimatum tenggat selama tiga hari pada kekuatan politik di Yaman, untuk mengisi kekosongan pemerintahan.
Mereka mengatakan pada Ahad (1/2) kemarin, jika tidak tercapai, mereka akan mengambil alih kekuasaan.
Houthi mengumumkan keputusan mereka tersebut melalui stasiun televisi al-Masirah, sebagai pernyataan akhir dari pertemuan puncak yang mereka gelar di sebuah stadion olahraga sejak Jumat (30/1). Pertemuan tersebut sedianya dilakukan untuk mengatur 'transfer kekuasaan secara damai'.
"Faksi politik telah diberi waktu tiga hari untuk menemukan solusi mengisi kekosongan, atau komite revolusioner akan mengatasi situasi dan masa transisi," ungkap pernyataan dikutip dalam AP, Senin (2/2) mengacu pada keputusan akhir pembicaran.
Yaman telah mengalami kekosongan pemerintahan sejak Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi mengundurkan diri dari jabatannya bulan lalu, setelah Houthi merebut istana presiden. Houthi juga telah mengontrol gedung-gedung pemerintahan utama di Sanaa, serta sejumlah fasilitas militer termasuk markas pasukan khusus paramiliter dan angkatan udara.
Sebelumnya Houthi dan faksi-faksi politik besar di Yaman telah berupaya mengadakan pembicaraan untuk menyepakati jalan keluar dari kebuntuan. Pembicaraan membahas banyak hal mulai dari membujuk kembali Hadi untuk membatalkan pengunduran dirinya, hingga membentuk dewan presiden untuk menjalankan pemerintahan sementara. Namun tak ada kesepakatan yang dicapai.
Gerakan utama yang mewakili orang-orang di selatan Yaman telah menarik diri dari pembicaraan yang disponsori PBB. Mereka menyebut aksi Houthi tak masuk akal dan mengutuk pemberontak segera melepaskan Hadi. Mereka juga menuntut agar parlemen negara dapat berfungsi kembali dengan normal.
Stabilitas Yaman selama ini sangat penting bagi Arab Saudi, kerena berbatasan langsung dengan pengekspor minyak utama dunia. Yaman juga selama ini telah berjuang menghadapi cabang Alqaidah paling kuat, dengan bantuan serangan pesawat tak berawak Amerika Serikat.
Demonstrasi menentang aksi Houthi juga melanda ibukota Sanaa pada September. Houthi telah menangkap sekitar selusin aktivis di ibukota, mereka membebaskan dua lusin diantaranya dalam beberapa hari terakhir. Namun aktivis mengatakan, Ahad (1/2) lalu, dua mahasiswa Yaman ditangkap karena memprotes Houthi.
Di selatan kota Ibb, saksi mata mengatakan dua pria dengan sepeda motor menembak mati seorang pemimpin Houthi, Abdullah al-Ayani. Namun mereka menolak menyebut nama mereka karena khawatir akan pembalasan Houthi.