Senin 02 Feb 2015 17:56 WIB

Masih Ditemukan Apel Berbahaya di Sukabumi

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Hazliansyah
Petugas melakukan inspeksi mendadak (sidak) peredaran apel jenis Granny Smith dan Gala asal AS yang tercemar bakteri patogen Listeria Monocytogenes di salah satu pusat perbelanjaan di Jambi, Jumat, (30/1).  (Antara/Wahdi Septiawan)
Petugas melakukan inspeksi mendadak (sidak) peredaran apel jenis Granny Smith dan Gala asal AS yang tercemar bakteri patogen Listeria Monocytogenes di salah satu pusat perbelanjaan di Jambi, Jumat, (30/1). (Antara/Wahdi Septiawan)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi menggiatkan razia apel impor berbahaya di sejumlah pasar tradisional, Senin (2/2). Tindakan tersebut untuk menekan peredaran makanan berbahaya di pasaran.

Hasilnya masih ditemukan sejumlah jenis apel impor yang diduga mengandung bakteri yang membahayakan kesehatan.

"Razia dilakukan agar pedagang tidak lagi menjual apel impor tersebut," ujar Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan, dan Pasar (Diskoperindagsar) Asep Jafar saat memimpin razia di Pasar Parungkuda Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi.

Menurut dia, pengawasan ini sesuai dengan adanya temuan apel berbahaya beberapa waktu lalu di sejumlah daerah. Harapannya ke depan tidak ada lagi pedagang yang menjual buah-buahan tersebut karena akan membahayakan masyarakat.

Asep mengatakan, pada Senin ini ada dua lokasi pasar yang dipantau peredaran apel impornya. Pertama Pasar Parungkuda dan Pasar Cisaat.

Salah seorang pedagang buah-buahan di Pasar Parungkuda, Ade Suherlan (40 tahun) mengatakan, ia masih menjual apel impor asal Amerika tersebut.

"Namun, saat ini jumlah pembeli menurun drastis," ujar dia.

Pada kondisi normal terang Ade, dia bisa menjual lima hingga sepuluh kilogram apel per hari. Namun sejak ada pemberitaan apel berbahaya jumlah pembeli menurun drastis.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement