Selasa 03 Feb 2015 14:00 WIB

Jalur Pendakian Gunung Slamet Masih Ditutup

 Gunung Slamet mengeluarkan asap berbentuk cincin terlihat dari Desa Tuwel, Kabupaten Tegal, Jateng, Kamis (11/9).    (Antara/Oky Lukmansyah)
Gunung Slamet mengeluarkan asap berbentuk cincin terlihat dari Desa Tuwel, Kabupaten Tegal, Jateng, Kamis (11/9). (Antara/Oky Lukmansyah)

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Dinbudparpora) Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah hingga saat ini masih menutup jalur pendakian Gunung Slamet di Pos Bambangan. Sebab, gunung tertinggi di Jawa Tengah itu masih berstatus "Waspada".

"Kami akui banyak wisatawan atau pendaki yang ingin mendaki ke puncak Gunung Slamet dan mereka pun telah mendatangi Pos Pendakian Bambangan di Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja," kata Kepala Bidang Pariwisata Dinbudparpora Purbalingga Prayitno di Purbalingga, Selasa (3/2).

Kendati demikian, dia mengatakan pihaknya tetap tidak melayani penjualan tiket pendakian dan melarang mereka mendaki Gunung Slamet yang masih berstatus "Waspada".

Menurut dia, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Api Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, maupun Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung, Jawa Barat.

"Status Gunung Slamet memang sudah diturunkan dari Siaga menjadi Waspada namun masih berbahaya untuk pendakian karena radius bahayanya masih mencapai 2 kilometer dari puncak. Oleh karena itu, kami tetap menutup jalur pendakian melalui Pos Bambangan," jelasnya.

Meskipun jalur pendakian Pos Bambangan masih ditutup, dia mengatakan bahwa empat pendaki dilaporkan nekat mendaki Gunung Slamet melalui jalur pendakian di Kabupaten Tegal beberapa waktu lalu.

Menurut dia, keempat pendaki tersebut selanjutnya turun melalui Pos Bambangan di Purbalingga.

"Kami berupaya mematuhi rekomendasi PVMBG dengan tetap menutup jalur pendakian hingga kondisi Gunung Slamet benar-benar aman meskipun hal itu berdampak pada penurunan pendapatan sektor pariwisata Purbalingga khususnya dari Gunung Slamet," katanya.

Ia mengharapkan aktivitas Gunung Slamet kembali normal atau diturunkan dari "Waspada" menjadi "Aktif Normal" sehingga aman untuk pendakian dan bisa memberikan pemasukan bagi sektor pariwisata Purbalingga.

Gunung Slamet yang meliputi Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes, kembali mengalami peningkatan aktivitas setelah lima tahun "tertidur" sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meningkatkan status gunung tertinggi di Jateng itu menjadi "Waspada" pada tanggal 10 Maret 2014.

Setelah menunjukkan penurunan aktivitas cukup lama, PVMBG pada 5 Januari 2015 menurunkan status Gunung Slamet dari "Siaga" menjadi "Waspada" namun pendakian tetap dilarang karena radius bahayanya masih mencapai 2 kilometer dari puncak.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement