REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Senin, meminta dana 8,8 miliar dolar (lebih dari 88 triliun rupiah) untuk memerangi kelompok Negara Islam dalam rencana anggaran mendatang.
Dana 5,3 miliar dolar (sekitar 53 triliun rupiah) akan diberikan kepada Pentagon untuk mendanai Gerakan Penanganan Terpadu, yang diluncurkan pada Agustus dengan serangkaian serangan udara terhadap pegaris keras di Irak dan Suriah.
Pada pekan lalu, pejabat pertahanan mengatakan bahwa pesawat udara Amerika Serikat dan sekutu melakukan 705 pemboman di sekitar Kota Kobane di Suriah sejak 23 September setelah kota itu diduduki oleh kelompok milisi.
Departemen Luar Negeri, yang telah memimpin operasi untuk membangun koalisi multinasional terhadap kelompok Negara Islam, telah meminta tambahan dana sebesar 3,5 miliar dolar.
"Dana itu akan digunakan untuk memperkuat mitra-mitra kawasan guna menyediakan bantuan kemanusiaan dan memperkuat oposisi moderat Suriah," kata Wakil Menteri Luar Negeri urusan Manajemen Heather Higginbottom seperti dilansir AFP, Rabu (4/2).
"Dana itu juga untuk mendorong kolaborasi dengan mitra koalisi untuk mengalahkan dan menghancurkan ISIL," tambahnya, menggunakan akronim lain dari kelompok itu. ISIL yaitu kelompok Negara Islam Irak dan Levant.
"ISIL memberikan ancaman segera pada Irak, Suriah dan sekutu-sekutu Amerika serta mitra-mitranya di seluruh kawasan saat berupaya untuk menggulingkan pemerintah-pemerintah, kendali kawasan, meneror populasi lokal, dan menyerang Amerika Serikat serta mitra-mitra koalisinya di seluruh dunia," kata rencana anggaran Obama.
Dikatakan lebih lanjut anggaran itu menyediakan pendanaan bagi militer operasi, diplomasi, pemerintahan dan kemanusiaan dan program bantuan keamanan untuk mengatasi tantangan tersebut.
Higginbottom mengatakan dana tambahan 1,1 miliar dolar telah diminta oleh Departemen Luar Negeri untuk mendanai upaya-upaya diplomatik di Irak, lokasi kelompok Negara Islam menguasai wilayah yang luas.
Baru-baru ini dua sandera warga negara Jepang diklaim telah dipenggal oleh kelompok Negara Islam yang makin meningkatkan kekhawatiran atas sepak terjang kelompok tersebut.