Rabu 04 Feb 2015 06:20 WIB

Harga Minyak Dunia Kembali Melonjak

Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)
Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Harga minyak dunia melonjak untuk hari ketiga berturut-turut pada Selasa (Rabu pagi WIB), mencapai puncak akhir 2014, di tengah harapan naiknya kembali permintaan energi global dan pengurangan produksi yang bisa menekan pasokan.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, melonjak 3,48 dolar AS atau tujuh persen, menjadi 53,05 dolar AS per barel, penutupan WTI tertinggi sejak 31 Desember.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret melompat naik 3,16 dolar AS atau 5,8 persen, menjadi menetap di 57,91 dolar AS per barel, angka terbaiknya sejak 30 Desember.

"Reli kuat berlanjut di pasar minyak karena keduanya kontrak berjangka bulan depan Brent dan WTI memperpanjang keuntungan dan naik lebih tinggi ... didukung oleh peningkatan minat di tengah harapan rebound permintaan minyak global pada semester pertama 2015," kata Myrto Sokou, analis di broker Sucden.

WTI telah meningkat 8,53 dolar AS atau hampir 20 persen, sejak reli yang dimulai Jumat (30/2) karena tanda-tanda industri ini sedang mempercepat pengetatan kegiatan eksplorasi.

Penghitung rig Baker Hughes North America pada Jumat melaporkan penurunan tajam jumlah rig di AS untuk pekan yang berakhir 30 Januari, jatuh 128 rig menjadi 1.937 rig untuk pekan hingga 30 Januari, dibandingkan dengan 2.393 rig setahun lalu.

Pemotongan belanja modal oleh perusahaan-perusahaan minyak besar, termasuk pengumuman terbaru pada Selasa oleh BP dan BG Group, juga menunjukkan pasokan akan menjadi lebih ketat di masa mendatang.

"Banyak faktor yang berperan. Jelas, pemotongan belanja modal akan terus datang, dengan BP, dan kita melihat salah satu penurunan tercepat belanja di sektor ini yang bisa saya ingat," kata Phil Flynn dari Price Futures Group.

Selain itu, pasar minyak merasakan jepitan dolar yang lebih lemah pada Selasa, kata dia. "Ini bukan hanya tentang penawaran dan permintaan -- dolar pasti memiliki pengaruh."

Beberapa analis memperingatkan "rebound" harga minyak saat ini kemungkinan besar tidak akan bertahan karena persediaan masih jauh lebih besar daripada permintaan.

"Minyak ... telah menikmati kombinasi fundamental pasokan melemah dan meningkatnya permintaan untuk menjaga lonjakannya untuk hari lain," kata Chris Beauchamp, analis pasar di perusahaan perdagangan IG.

"Namun, kelebihan pasokan tidak hilang dalam semalam, dan juri masih berada di luar tentang apakah kenaikan ini (harga) akan lebih jauh berjalan."

Perusahaan-perusahaan minyak diperkirakan akan terus memotong investasi mereka. Raksasa minyak BP mengatakan pada Selasa bahwa pengeluaran pada 2015 diperkirakan akan mencapai sekitar 20 miliar dolar AS, turun dari perkiraan sebelumnya 24 sampai 26 miliar dolar AS.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement