REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Pemerintah Yordania pada Selasa (3/2) mengkonfirmasi dibunuhnya pilot berkebangsaan Yordania yang ditawan oleh kelompok ISIS. Angkatan Bersenjata Jordania menyatakan akan melakukan pembalasan atas dibunuhnya pilot tersebut.
Di dalam pidato yang disiarkan oleh televisi Yordania, Raja Yordania Abdullah II menyerukan persatuan setelah dibunuhnya pilot tersebut oleh ISIS. "Kami menerima dengan kemarahan dan kesedihan besar berita mengenai pembunuhan pilot Jordania di tangan penjahat IS, yang tak memiliki sangkut-paut dengan Islam," kata Raja Abdullah II, sebagaimana diberitakan Xinhua, Rabu (4/2) pagi WIB.
Abdullah mengatakan pilot tersebut "gugur dalam membela bangsa, negara dan agamanya". Ia menambahkan, "Kewajiban semua warga negara lah untuk bersatu pada saat sulit ini, yang hanya akan membuat kita lebih kuat lagi."
Pilot berkebangsaan Yordania itu ditangkap tahun lalu, setelah pesawatnya jatuh di Suriah.
Dalam satu pernyataan, militer Yordania mengaku sudah berusaha menjamin pembebasan pilot itu. Tapi kelompok fanatik tersebut berkeras untuk membunuhnya.
Pembunuhan pilot tersebut langsung menuai kecaman dari berbagai negara di wilayah Timur Tengah dan sekitarnya.
Di Sudan, Kementerian Luar Negerinya pada Selasa mengutuk pembunuhan pilot Moaz al-Kassabeh. Yousif Al-Kurdofani, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Sudan, menggambarkan peristiwa itu di dalam satu pernyataan sebagai kejahatan kejam dan brutal yang bertolak-belakang dengan prinsip dan ajaran Agama Islam.
Ia menyampaikan belasungkawa negaranya kepada rakyat dan Pemerintah Jordania, serta kepada keluarga pilot tersebut.
Dr. Anwar Gargash, Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab, pada Selasa mengatakan negara Teluk itu mengutuk pembunuhan kejam tersebut.
Di akun Twitternya, Gargash menyebut anggota IS sebagai "kanker yang akan dimusnahkan dari masyarakat kita dan rakyat kita".