Rabu 04 Feb 2015 11:24 WIB

Buya Syafii: Indonesia Krisis Negarawan, Jokowi Ditekan Kiri-Kanan

Rep: yulianingsih/ Red: Taufik Rachman
Jokowi bersama Mahfud MD dan Syafii Maarif, beberapa waktu lalu.
Foto: Regina Sari/Antara
Jokowi bersama Mahfud MD dan Syafii Maarif, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua tim 9 Syafii Maarif mengatakan Indonesia mengalami krisis negarawan. Hal ini antara lain tercermin hiruk pikuk politik Indonesia, termasuk konflik antara KPK dengan Polri.

Hiruk pikuk politik saat ini di Indonesia menurutnya sangat melelahkan. Dan kondisi ini membuat presiden Jokowi ditekan kanan dan kiri.

"Kita ini booming politisi tapi negarawan sedikit. Mosok KPK dan polisi tarung itu pertunjukan orang pinggir," katanya.

Ihwal perkembangan kasus Budi Gunawan, Syafii mengaku mendapat telepon dari presiden Joko Widodo yang mengabarkan tidak akan melantik Komjen Budi Gunawan (BG) sebagai Kapolri. Telepon diterima pada Selasa (3/2) pukul 19.15 WIB.

Sebelumnya kata Syafii, Presiden Jokowi bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri di istana negara petangnya.

Syafii mengaku senang dengan kabar dari presiden yang berencana tidak akan melantik BG sebagai Kapolri. Pasalnya hal ini kata Syafii sesuai dengan rekomendasi tim 9 sendiri. "Saya langsung sms temen-temen tim 9," katanya.

"Kemarin sore Bu Mega ke Istana dan ketemu Presiden Jokowi. Dia (Mega) panggil Jokowi adik. Tetunya membahas persoalan BG. Pada jam 19.15 WIB kemarin saat saya dimasjid presiden telp saya. Presiden bilang saya tidak akan melantik BG," ujarnya saat berbicara pada seminar pra Kongres Umat Islam Indonesia di UMY, Rabu (4/2).

Syafii bercerita sempat mengucapkan selamat atas pertemuan Mega dengan presiden tersebut. Syafii juga mengatakan saat presiden telpon dirinya tersebut, dia sempat menyingung apakah hubungan presiden dengan Ketua Umum PDIP tersebut sudah mencair. "Presiden menjawab mencair apa," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement