REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kendati pembiayaan mikro masih kecil, BNI Syariah ingin hal itu tumbuh dengan tetap menjaga kualitas. Presiden Direktur BNI Syariah, Dinno Indiano mengakui sektor pembiayaan mikro BNI Syariah saat ini masih delapan persen dari total pembiayaan perseroan.
Perseroan, menurut dia, berharap bisa meningkatkan sektor pembiayaan mikro minimal 15 persen pada 2018 dengan tetap memerhatikan kualitas. Sebab pembiayaan mikro di Indonesia dinilai BNI Syariah masih rentan kualitasnya sehingga bisa meningkatkan rasio pembiayaan bermasalah (NPF).
NPF pembiayaan mikro BNI Syariah di akhir 2014 sebesar 3,6 persen tanpa hapus buku. ''Itu berarti kualitasnya masih bagus. Maka kami juga menjaga agar perkembangannya tidak terlalu cepat,'' kata Dinno usai memaparkan hasil kinerja BNI Syariah sepanjang 2014 di kantor BNI Syariah akhir pekan lalu.
Saat ini ada sekitar 40 ribu nasabah cabang mikro BNI Syariah dan jumlahnya diyakini masih akan bertambah. Dinno melihat ini tanda masih dibutuhkannya produk keuangan oleh masyarakat.
Mengenai pembiayaan sektor maritim, Dinno mengatakan BNI Syariah sudah masuk sedikit-sedikit melalui unit mikro di luar Jawa. Saat ini, induk (BNI) sedang melakukan kajian mengenai pembiayaan maritim dan BNI Syariah akan belajar ke induk.
Ditanya mengenai inovasi produk mikro, Direktur Bisnis BNI Syariah Imam Teguh Saptono mengatakan dalam konteks inovasi teknologi, BNI Syariah pasti bukan yang pertama menggunakan praktik-praktik dasar seperti mesin EDC portable dan lain-lain.
Tapi BNI Syariah mengupayakan tujuan inklusi keuangan bisa tercapai melalui kantor mikro di wilayah pelosok. BNI Syariah, kata Imam, berupaya membuka di blank spot area seperti Morotai, Bau-bau, Nunukan dan tempat lain yang belum dijangkau.
''Jadi bagi-bagi tugas antara konvensional dengan syariah. Syariah ke inklusi keuangan,'' ungkap Imam.