REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan aliran Syiah di Indonesia semakin cepat. Ketua Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) KH Athian Ali mengatakan, perkembangan paham Syiah yang masif dan agresif tidak bisa dipisahkan dari dua lembaga Syiah, yakni Ahlul Bait Indonesia (ABI) dan Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI).
Syiah juga berkembang melalui berbagai yayasan, majelis taklim juga lembaga lainnya. Itu tidak bisa dipisahkan dari peran utama Kedutaan Besar (Kedubes) Iran di Jakarta.
Menurut Athian, kerjasama Indonesia-Iran bukan hanya di bidang politik dan ekonomi. Namun, melebar ke bidang pendidikan, kebudayaan, agama. "Lembaga pendidikan yang berafiliasi dengan Syiah ditunjang dengan dibiayai. Beasiswa disebar ke berbagai perguruan tinggi bahkan ada pembentukan Iran corner di beberapa kampus," katanya di Jakarta, kemarin.
Ratusan ribu orang dikirim dan dididik di berbagai perguruan tinggi di Qom Teheran. Mereka itu dipersiapkan menjadi kader-kader yang diharap menjadi pengawal revolusi Syiah Iran di Indonesia mendatang.
Makanya, ANNAS meminta agar pemerintah menghentikan kerjasama Indonesia-Iran di bidang pendidikan, kebudayaan, agama. Selain itu perlu segera ditutup Atase Kebudayaan Kedubes Iran di Jakarta. "Ini langkah strategis untuk membangun martabat dan memperkuat ketahanan bangsa dari ancaman ideologi transnasional Syiah Iran."