REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menjelang Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) Keenam di Yogyakarta, 8-11 Februari 2015, ada banyak usulan terkait konsolidasi dakwah di Indonesia. Ini antara lain untuk antisipasi pendangkalan akidah umat Islam.
Menurut Sekretaris Jenderal Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), ustaz Bachtiar Nasir, musuh terbesar umat Islam dalam menjaga akidah ialah liberalisme.
“Yang kita hadapi pertama sebenarnya liberalisme. Ini yang paling berbahaya,” ujar ustaz Bachtiar Nasir ketika dihubungi Republika di Jakarta, Kamis (5/2).
Ustaz Bachtiar menerangkan, liberalisme menyasar tiga lini kehidupan, yakni ekonomi, politik, dan akhirnya akidah agama Islam. Liberalisme ekonomi, tutur alumnus Universitas Islam Madinah, Arab Saudi ini, bertujuan menguasai aset dan pergerakan modal.
Liberalisme politik menarget pemerintahan. Maka bila para pemimpin politik dan ekonomi umat Islam memiliki akidah yang kuat, kata ustaz BN, begitu ia akrab disapa, liberalisme tidak akan menguasai umat Islam.
“Tapi lantas ada liberalisme agama. Kalau kita dihajar dengan ini, runtuhlah semua kekuatan ekonomi, sosial, dan budaya kita. Hancurlah akhlak umat ini,” kata pakar Tadabbur Alquran ini menjelaskan.
Musuh kedua umat Islam, sambung pimpinan Ar-rahman Quranic Learning (AQL) ini, adalah sekularisme. Sekularisme menyerang pemikiran umat Islam sehingga perlu dihadapi dengan penguatan pemikiran Islam. Sebab, kekuatan umat Islam terletak bukan pada persenjataan, politik, atau ekonomi, melainkan keteguhan pemikiran.
“Jadi kita harus bekerja keras untuk memperbaiki dan memformat kembali pemikiran umat Islam. Juga, pemikiran asli kita sebagai bangsa Indonesia, yang sesuai Pancasila,” ujar Ustaz Bachtiar Nasir mengingatkan.