Kamis 05 Feb 2015 17:03 WIB

Raja Yordania Janji Perangi ISIS

Rep: c84/ Red: Agung Sasongko
Pilot Yordania dieksekusi ISIS
Foto: NewYorkTimes
Pilot Yordania dieksekusi ISIS

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Kematian Muath Al-Kasaesbeh dengan cara dibakar hidup-hidup oleh ISIS tampaknya benar-benar membuat Yordania marah. Raja Yordania Abdullah pun bernazar tak berhenti perangi ISIS dengan mengintensifkan aksi militer terhadap kelompok tersebut.

"Kami berperang untuk melindungi nilai-nilai dan prinsip-prinsip kemanusiaan. Perang kami melawan mereka akan terus berlangsung dan kami akan mengalahkan mereka di tanah mereka sendiri," ujar sang raja setelah bertemu dengan pasukan keamanannya, seperti dilansir Al Jazirah, Rabu (4/1).

Desakan sejumlah warga Yordania kepada Raja Abdullah II untuk menarik tentaranya dari pasukan koalisi pimpinan AS melawan ISIS tampaknya tidak diindahkan. Warga menilai keputusan pemerintahnya sangat berbahaya mengingat resiko tinggi yang dapat menimpa tentara Yordania jika tertangkap ISIS seperti yang terjadi pada Muath.

Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan Uni Emirat Arab (UEA). Pembunuhan Muath membuat UEA menarik diri dari pasukan koalisi pimpinan AS karena takut para tentaranya mengalami nasib sama dengan yang dialami Muath.Para pejabat AS mengatakan bahwa UEA telah menarik diri dari pasukan koalisi pimpinan AS.

Juru bicara pemerintah Yordania, Mohammad al-Momani mengatakan bahwa pihaknya tidak akan berhenti melawan ISIS."Kita berbicara tentang upaya kolaborasi antara anggota koalisi untuk mengintensifkan upaya untuk menghentikan ekstremisme dan terorisme, yang pada akhirnya menyelesaikan Daesh," katanya.

Daesh digunakan sebagai istilah bahasa Arab untuk ISIS.Dia mengatakan itu adalah kelanjutan dari kebijakan lama Yordania dalam memerangi ISIS dan Raja Abdullah II yang mempersingkat lawatannya ke AS langsung memimpin pertemuan dengan para pejabat senior keamanan pada Rabu (4/1).

Yordania sendiri menjadi sekutu utama AS dalam perang melawan kelompok-kelompok Islam garis keras dan menjadi tuan rumah bagi pasukan AS dalam operasi yang menyebabkan invasi ke Irak pada 2003. Yordania adalah rumah bagi ratusan pelatih militer AS yang memperkuat pertahanan di perbatasan Suriah dan Irak.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement